Dua tubuh bertolak arah
Jauh sekali kembali waktu usang
Darah belum dapat mendidih oleh resah
Berkisah biasa berkalam apalah bisa, yang lampau
Terkaan kebenaran yang beda pada hati
Janganlah dihendak-hendak, kecewalah batin
Sentaklah hatiku, bangun dan sadar seiring merindu
Desiran rintik ari mataku, takkan pernah tertetes untukmu
Pun pernah ku dengar lembut deraian air matamu
Dari sanalah aku menyayangimu
Hendak bermaaf, tiada ingin karena malu dan sombong
Rasaku tak pernah panggil berharap mengemis hapus dosa
Takkan pula marah yang ku tahu hatimu tersenyum nan riuh
Gelik tawa berhambur dengan teriakan
Atap saat hujan, tenang hati baik laut
Yang tak menghanyutkan
Selasa, 06 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar