Sabtu, 03 Oktober 2009

BUAT SERA DI SEBERANG SANA

Nggak lucu kalau dunia ini penuh dengan humor
Nggak sedih kalau dunia ini sesak akan cerita tragedy
Nggak pantes kalau dunia ini diisi hanya dengan fashion
Terkadang kita perlu untuk menangis
Terkadang kita perlu untuk tersenyum atau tertawa
Terkadang kita perlu untuk apa adanya
Kalau kita terus menurus tertawa berarti kita gila
Kalau kita terus menerus menangis berarti kita balita
Kalau kita terus menerus bergaya berarti kita cari muka

SELING 9

Orang yang setiap hari mngecewakanku adalah kamu
Orang yang setiap hari aku benci adalah kamu
Orang yang setiap hari kurindukan adalah kamu
Orang yang setiap hari kusayangi adalah kamu
Orang ynag setiap hari bikin aku marah adalah kamu
Orang yang setiap hati aku pikirkan adalah kamu
Orang yang setiap hari ku hina dalam hatiku adalah kamu
Orang yang setiap malam kumimpikan adalah kamu
Orang yang setiap hari ku ingin bertemu dengannya adalah kamu
Orang yang setiap hari namanya ada di dalam hatiku adalah kamu
Orang setiap hari ku ingin menyapanya adalah kamu
You`re the one
And i`m proud to say you`re mine
Kau orang yang akan membuat hatiku berlapang
Kau orang yang akan membuat reda amarahku
You`ll be there for me …

SELING 8

Yang menyenangkan hati adalah ilmu
Yang memudahkan melangkah adalah ilmu
Yang meninggikan harga diri adalah ketawadhuan
Yang membuat berlapang adalah kesyukuran
Titik kelemahan manusia adalah kebodohan
Pangkal kesombongan manusia adalah kesombongan

Syair yang kata-katanya mudah tersapu
Angina bumi, mari menghinanya
Tak pantas sekali menghiasi dunia

SELING 7

Aku berkata aku membencimu
Hatiku berbisik aku mencintaimu
Mulutku menghinamu
Hatiku memujimu
Wajahku marah padamu
Hatiku sayang padamu
Bibirku tertawa padamu
Hatiku menangis padamu

SELING 6

Air berdecak memanggil detakan detik jam dinding
Segenggam niat dengan pejaman mata saling mencuat
Diawali dengan terbukanya mata spanyol kemudian anak Adam
Beberapa menit pintu keputusasaan terbuka terlihatnya putra Hawa
Sujudlah mereka diantara insyaf dan cinta
Menyudahi dengan hati yang tergetar harap dan menarik kain murka

SELING 5

Apakah salah bila kita mengharapkan hujan
Sedang kita berdiri di permadani padang pasir
Siapa yang mengelak dari apa yang kita perbuat
Memang ada sisi kebenarannya setelah aku terdiam
Namun pada diri kita pun ada sesuatu yang tak mungkin dipungkiri
Setelah kita mengejar detakan detik, menyiram tanah panas
Beraroma keinyafan berasapkan ketawadhuan
Kita sedikit berharap pada ketentuan
Aturan dari paradigma mereka yang sejati
Bertikai di dalam kesunyian, tenang sekali
Selamanya takkan pernah ada kebisuan
Kita sebenarnya bercengkrama dalam diam
Sebenarnya kita dapat duduk bersama
Hanya saja ketakutan kita pada sifat malu
Susunan angkara menghadang kita
Menjadi tembok pemisah hingga kita menangisi semua
Pertama dan akan pudar bersama laju kereta waktu
Seribu bunga malam tak bisa menghilangkan udara kebencian

Manusia bangga bukan karena kesalahannya
Manusia bangga karena mampu memperbaiki kesalahan
Manusia yang bodoh:
Tertawa bukan karena benar
Tertawa karena mereka bangga kepada kesalahannya.

AKU BERBEDA

di saat orang lain melaut aku pun mendarat
manusia di sekitarku menangis aku malah tertawa
semuanya bersuka cita kecuali aku yang meratapu hidup
antara aku dan mereka ada tembok hitam berdiri kokoh di depan mata
aku jarang sekali berjalan seiringan dengan langkah mereka
aku menganggap mereka salah, mereka menganggapku salah
hasilinya aku tersisihkan, aku berbeda dengan mereka

saat aku berbuat, mencoba memberikan yang terbaik untuk mereka
mereka tak mendukungku
manusia berbuat untuk kebaikan setiap nyawa dari mereka
aku membencinya
semuanya tak pernah sama denganku
hasilnya aku mengecewakan mereka dan mereka mengecewakanku
aku berbeda dengan mereka

orang terus menerus tertawa selama hidupnya
ia akan menangis di akhir hidupnya
orang yang terus-menerus menangis selama hidupnya
ia akan tersisihkan dari kehidupan dunia
namun beruntunglah orang yang dapat menangis dan tertawa
dalam hidupnya
ia akan mengakhiri hidupnya dengan senyuman

BILA AKU PINTA

bohong …
bila aku pinta cinta
kau memberi cinta
bila aku meminta madu
kau memberi madu

tepat …
bila pinta ku bunga
kau beri aku duri
bila aku pinta putih
kau memberi hitam

dusta …
bila aku pinta waktu
kau beri aku kesempatan
bila aku pinta senyum
kau beri aku rasa senang

bagus …
bila aku pinta rindu
kau beri kebencian
bila aku pinta karang
kau beri aku air laut

berbalik dari semua yang nyata
air mata adalah ketenangan
amarah adalah rasa sayang
meminta adalah pemberian
angkara adalah harapan
gertakan adalah sapaan

SELING 4

Orang pandai berfikir tentang kebodohan
Orang kaya berfikir tentang kemiskinan
Orang yang benar berfikir tentang kesalahan
Orang yang merdeka berfikir tentang keterbelengguan
Orang yang kuat berfikir tentang kelemahan

Kecerdasan terletak pada ingat mati
Kesenangan ada pada kecemasan
Kepuasan ada pada keprihatinan

Alasan manusia diciptakan adalah menjadi khalifah
Bukan untuk menjadi penguasa, tak perlu adanya kerajaan
Untuk menjadi seorang khalifah, bukitinya Adam menjadi
Khalifah, tetapi mengapa dia diciptakan hanya berdua, bukannya satu kampong atau satu kerajaan, berarti manusia harus terlebih
dahulu mengkhalifahi dirinya sendiri, sebelum manusia lainnya
maka dari itu sangatlah bodoh yang apabila ada manusia yangberkata bahwa dirinya bukanlah seorang raja
kita semua adalah raja bagi diri kita sendiri
ada dua sisi dari diri kita yang penting sekali untuk dirajai, yaitu
akal pikiran dan hati

SELING 3

Bisa nggak sih…
Kita bergandeng tangan, sejenak
Kita perlu berpelukan agar terasa kehangatan
Dalam persaudaraan
Sebenarnya setiap kita punya kasih sayang yang ingin
Diberikan kepada saudaranya
Sedikit senyuman dapat merubah sesuatu yang besar
Coba bayangkan seandainya kita dapat saling mengerti
Dan bersikap bijak
Pasti ikatan persaudaraan kita makin kokoh dan kita dapat kembali bersatu

Semua diantara kita pasti dalam hati suka mengakui
Bahwa kita semua sudah bosan dengan keadaan yang seperti sekarang
Kejujuran yang menjadi barang langka
Peperangan yang menghasilkan korban-korban
Yang sesungguhnya mereka ingin sekali merasakan manisnya hidup dengan damai

Damai akankah hilang
Siapa yang meredupkan damai
Dari mana datangnya damai, seandainya
Kami tahu, pasti kan kami cari

14 januari 2004

SELING 2

Telah …
Menghitung desiran angin berpayung langit mendung
Membuat anyaman jarring kematian
Mengayunkannya

SELING 1

Untuk orang yang pernah menangis bersamaku saat itu
Saat aku masih kanak-kanak, saat subuh sampai
Siang hari dibisingkan kata-kata yang kotor dan
Air mata keluargaku. MERELAKAN

Haruskah kami menangis dan berharap
Mereka semua untuk menjauh dari bilik kami yang lemah
Apa salah kami hingga meresa hantaman kuda bersyair
Rona kesedihan kami teriakan silih berganti pada subuhitu
Selamanya takkan terlupa apa yang memekikan kuda hina
Yang membuat sebilah golok hamper lepas dari sarungnya
Seperti nabi yang terlalaikan kuda-kudanya pada ashar
Menebas dalam sejenak, membantai amarah murka setan

Ranjau kebencian yang mereka tanam
Di halaman rumah kami
Akhirnya menimbulkan rintihan bunga api
Aku yang berhati keraspun menangis

CACING PANDIDIKAN

Gontai tak sepat dan lemah jalannya
Menyeret tanpa kaku
Lorong tanah yang dituju
Bukan cari harta karun terpendam
Cuma untuk bertahan hidup dari kejamnya matahari
Dari manisnya undang-undang dusta tahun `45
Busuknya sampai ke bawah tanah

Mereka sengaja dibutakan dari bukti berserakan
Fakta nyata disulap jadi doktrin yang mau tak mau harus diterima
Kebohongan sejarah adalah topeng-topeng pelindung muka
Agar gaib cacat mata, hidung atau dahi yang buruk rupa
Sekolah mereka seprti kotoran yang mereka keluarkan
Bertubuh tanpa nyawa dan seperti sampah

Dihancurkan penyaahgunaan anggaran babi-babi ngepet
Pencuri uang sambl berlari dalam gelap tanpa pamit
Siang sudah tak berwujud
Sudah jadi iblis bermuka manusia setan
Cacing bukanlah ular
Ular adalah cacing cerdas yang pintar juga berbisa
Tapi ular mati oleh garuda yang pendiam
Yang hanya punya satu arah pandang
Hidup dengan cara matikan koloni cacing perlahan
Kalo bisa jangan sampai musnah
Supaya korban masih abadikan dusta
Supaya undang-undang dusta `45 jadi lebih menyeramkan
Undang-undang dosa `45
Atau lebih menyeramkan dari itu
Dengan 5 lambang di tubuhnya
Bintang jatuh tanda nilai ketuhanan sudah jatuh dan hilang
Padi kapas terbakar tanda ramalan masa depan Negara lita lapar tak berpakaian
Mata rantai terputus tanda tak ada lagi hubungan antara dia dan mereka
Kecuali majikan dan budak-budaknya
Kepala sapi liar tanda hinanya wajah pertiwi seteah tersenyum otak-otak kotor
Dari tubuh gendut penuh kotoranharam
Beringin lebat, angker menyeramkan pancaran kekejaman niat

Tuhan masih seperti dulu dan tak berubah
Tetap adil dengan pembagian adzabNya
Dia bisa jadikan nereka lebih awal dari yang kita bayangkan
Dia Maha Mendengar, konspirsi yang berbisik di hati

PINTU

Empat tiang seharusnya ada dua pintu
Mengapa hanya satu pintu
Bahkan seharusnya tiga pintu
Mengapa tiang tak dipisah dipaksa mesra
Saling bersanding tapi tak memeluk
Atau empat tiang dapat dibuat seribu pintu
Agar masa depan cepat ditangkap
Di tengah-tengah rintik hujan sore yang tak kunjung membawa petir
Agar saat muadzin memanggil nama kami satu per satu
Kami bisa langsung menjawab dengan langkah dan air suci kami
Tiang bukan hanya jadi jeruji penjara
Memperlambat alur kisah cerita masa lalu
Terus diulang-ulang sampai bosan dan merasa dunia tak kunjung berputar

TERBELIT

untaian pertanyaan merantai panjang
membelitku tak ada ampun sedikitpun
tak mau kujawab dengan ulasan prakata
biar aku mati taka pa-apa

Tanya tanpa jawab
Dapat dikata misteri dalam legenda
Karya tanpa makna
Bisa disebut karya, masih bisa
Makna tanpa karya
Membunuh arti dari semua makna
Apalah arti
Hanya diam
Tak ada kata, tak ada suara, tak ada cipta
Hanya membuat bumi tertidur lelap
Bangun sejenak mati kembali

Berantai mengejar dengan ujung pendulum
Mencari mangsa seorang pujangga
Disajikan di panggung-panggung media jadi memandang ratusan mata

TERANCAM

tentang duri, pecahan kaca dan pisau
menjelma jadi nada sunyi
tentang gemuruh, badai dan tsunami
mereka datang tak diundang
tentang air mata, sakit dan penyesalan
dilahirkan di pentas keramaian
tentang hitam, gelap dan mencekam
dinding tak menggambarkan bayangan
tentang hina, buruk dan kotor
jadi noda catatan
tentang bising, riuh dan teriak
lagu kematian yang palsu
tentang putus asa, pesimis dan bunuh diri
penuturan anak pungut hanya imitasi belaka
tentang diam, sepi dan takut
berharap ada kupu-kupu menghibur hujan
tentang petir, kilat dan tornado
setangkai tubuh menjadi kuat bermental
tentang terasing, dicampakkan dan terusir
keramaian teman lama penjarakan ragu
tentang aku, sata dan daku terus hidup di tengah-tengah mendung

TAMAN TAWA

sepulang kami bersekolah
tak langsung ketuk pintu rumah
apalagi memukul gerbang
singgah dulu di sandaran lelah
setelah berlari bagai drama tanpa scenario
bertukar kata sambil tertawa
kami memberi sepotong kenangan
dikelilingi warna pelangi yang memudar
sampai berpencar rusuk dan rusuknya
kami belum lagi temukan itu kembali

WULAN

anak kecil yang menuliskan angka
suara merdu
wajah putih
membungkuk tak memohon
cucu hawa yang pernah hadir
hidup dan mati
aku tak tahu

CUMBU YANG SALAH

Mustahil …
Tanggannya sudah dapat kugenggam
Rambutnya sudah dapat kubelai
Sampai mana cinta mendustakan peribahasa lama
Akankah dibuat kelam
wajah-wajah penanti

Mustahil …
Duduknya sudah disampingku
Pipinya dekat hidungku
Apalagi yang ingin dikutuk siang jahannam
Apa perlu tajamkan pedang pemisah jarak

Mustahil …
Kakinya dapat kusentuh
Katanya dapat kutangkap sepenuh jagad
Lalu dimana perasaan salah akan satu janji
Benarkah pendusta sudah mengganti asmamu

Mustahil …
Aku teguk arak percintaan
Aku lumat bibir pintu nereka
Bagaimana bisa kau raih surga dengan kedurhakaan
Kemungkinan nereka merindu pada tubuhmu

Mustahil …
Kupeluk tubuhnya rapat kencang tak ada jarak
Rasa cinta buta merantai tubuh kami
Kunci-kunci neraka sudah ada ditanganku
Tinggal kuselami didih air bersama penyesalan

Mustahil …
Dia duduk dipangkuanku mencumbu
Dia pasrah dari lembutnya tangan setan milikku
Jadikan siang menjadi malam dengan segera
Agar tak ada yang bisa melihat

Turunkan hijab dan butakan mata manusia
Biar aku tahu siapa yang melihat di balik perantara
Hapus semua tulisan para malaikat
Biar dia tak berkisah di akhir keputusan
Penggal waktu dari detik terkecilnya
Agar bisingnya detak jam tak memekakan telinga
Kami sudah berdiam tanpa rasa cinta
Terkabul semua permintaan adzab dari langit
Tinggal aku masuk ke rahim
Dan ingin lagi dilahirkan kembali

BATU

Wanita berlari menghindar kejaran
Bisukan dari permintaan
Hinakan dari keinginan
Aku sudah lempar batu batu padanya
Hujan rasa tiada terbendung
Satu dosa tercatat melukai ahli surga
Wanita bagai malaikat
Mengembalikan batu dengan lembut
Biar batu jadi saksi pertemuan yang menyedihkan
Karena wanita mengadu untuk pertama kalinya
Kuharap batu sudah mampus
Dilumat tanah atau berubah air
Tak lagi kujumpai batu digenggaman
Hanya akan semakin melukai cerita dulu
Tak ada maaf, tak sempat
Tak ada balas, tak ada bara di hatinya
Tak terima karena ia bukan batu
Dia hanya teman sesaat senang dalam pertengkaran

KATA PERTAMA

Telusuri lantai pelataran
Sandarkan saja tulang belakang
Merangkak memanggil indah
Dari sana ada nama
Tak sengaja tumpahkan air
Ingin membakar bumi namun apa daya
Kain direnggut api padam pula sebelum menyala
Bulan bintang menertawakan kebodohannya
Begitu saja tak bisa, apa padam pula niat asa
Lain kali di waktu sana jangan terulang berkali
Cukup sejarah yang menandakan akhir alpa
Buka buku sampai lembar akhir
Ceritakan kisah demi kisah dari awal
Memegang bumi menelapak tangan berkasih
Dugaan dan prasangka
Adalah nyawa
Kata pertama yang terngiang
Adalah perempuan pujaan

TANGIS AL-QADR

Malam ini bukan lagi sebuah kegelapan
Berbondong manusia masuki majelis
Seperti belalang berpindah sarang
Menyerbu apa yang belum ia tahu

Malam bukan lagi kesunyian
Dating anak Adam sebagai utusan
Dari kayangan menuruni tangga hujan
Pecah tangis di siang masih terdengar

Dia bukan bintang jatuh
Bukan pula tanda Tanya masa depan
Entah apa yang dirasa dan dimau
Wahyu belum mengetuk hidup kecilnya

Ingin mati muda
Saat ini masih mengembara
17 Ramadhan garis mula
Tangis tak berair mata

Teriak pecahkan kesakitan ibunda
Diam tenangkan desah nafasnya
Penamaan tak diambil dari peristiwa
Bukan jua jadi tragedy

Darah turun bersamaan turunnya Al-Qadr
Di pelataran senja menjelang berbuka
Peluh manis dirasa
Kembali ke pangkuan aliran nyawa

Saat itu bukan lagi kesendirian
Bagi wanita di seberang dua tahun usia
Entah ada atau tak terasa
Belay cinta tangan kecil sang wanita

Entah hadir atau tak terlihat
Takdir pertemuan bertahun berkecukupan
Awali jelajahi hidup
Dengan tuntunan para pendahulu

SAYATAN-SAYATAN

Atom jatuh meledak depan rumahku
Membangunkan tidurku
Kulihat ibu berteriak menangis
Ayah berteriak mengancam
Adik dan kakakku hanya sedih
Jadi benteng penyelamat tragedy
Pedang di tangan ayah tak lagi berselempang
Ingin pancarkan darah keluar
Malam butakan semua inderanya
Iblis bernaung di nafasnya
Ibu membuat pertahanan
Aku kaget … sangat tertegun
Pelajaran yang tak diterima anak kecil saat itu
Jadi peran untuk anak sekecilku
Pagi dating menyembunyikan amarah
Menyuruh kami pergi untuk berlindung diri
Lapar menerpa
Lemah tubuhku tak lagi terbayangkan
Hijrah kami menyulam sejarh
Sampai rindu terpendam begitu lamanya
Merenggut apa yang sempat hilang dari pandangan

TIGA BAYANGAN BIDADARI

Malam itu bukan akhir turunnya ayat-ayat langit
Tiga ayat pertama mebuka hari berikutnya
Seperti tonggak kapal berdiri di badai hitam
Mereka terus melangkah di samudera
Telusuri jejak sisa
Kembali dari tempat menyimpan waktu
Esok akan pasti
Kembali lagi menjenguk ciptaan
Kukira mereka penjaga kegelapan
Ternyata mereka lukisan di dinding surga

TAMAN CINTA

Bersimpuh dua hati di pelataran gedung
Memadu cerita tentang masa lalu
Karena belum mampu mencipta judul masa depan
Wajar …
Mereka sedang gila dan menggilakan
Memanipulasi semua scenario yang sudah diperankan
Menghina diri sendiri sambil tertawa
Danau kecil mereka jadikan sebagai saksi
Dipaksa dan disuruh diam
Perundingan tanpa perdebatan
Cinta membuat hati mereka hanya mengenal kata setuju dan iya
Bising datang menyerang
Suara mesra makin meninggi
Namun tak lagi romantis

PULANG

Berlari ke timur
Menunduk dari barat
Menyimpang sebelah utara
Hiduplah di selatan

Tanah gersang disiram hujan
Laut kering asal pantai
Bangau dari hari ke hari
Takut malam kembali saat petang

Tragedi dilupa jiwa
Dianggap dihapus takdir

Sudah letih kantuk menyergap
Peluh kering tak berbau tak berbekas
Buka pintu menyalakan lampu lalu duduk
Tidur dan bangun mengikuti aliran masa

TANYAKAN SEMUA PADAKU

Aku punya daftar janji yang tak ditepati
Aku adalah saksi terakhir yang jujur
Dalam lemariku ada barang bukti
Cerita kasus pengemis yang kejatuhan mutiara
Tragedi menyenangkan manusia setengah surga
Tatap mataku
Ada pelaku kehancuran dunia yang telah pincang
Sekarang meminta belas kasih dari birokrasi
Aku lebih tahu dari para pelaku
Sejuta jawaban dari setengah pertanyaan
Samudra bisa disimpan di sebuah cangkir
Aku adalh kumpulan sejarah buruk bagi korban kebenaran

PASAR

Mikail turun setiap pagi setiap hari dengan kantong-kantong rezeki
Gemerincing logam nafas diperebutkan sejak buta malam masih nampak
Terkapar kotor
Bising, kumuh dan mati rasa
Ada kebohongan yang menjanjikan
Ada tukar barang yang mematikan
Bila hujan diundang
Mereka tak disambut dengan kesunyian
Setiap hari sampai mati

PERTANYAAN

Kemarau bertanya pada langit
Tentang seberapa kejam dunia
Dijawab dengan hujan
Kemarau jadi musim yang pendian
Siang ajukan Tanya pada malam
Seberapa bisingnya manusia bila hidup
Dijawab dengan gelap
Siang jadi putaran yang paling mengerti
Murid bertanya tentang pentingnya kehadiran
Pada gurunya yang selalu bicara
Guru menjawab dengan diam
Sepi menjadi nyawa dan sunyi darahnya
Kumbang bertanya tentang air berlindung
Pada dahan kehitaman
Dahan merubukan diri ke bumi
Kumbang jadi serangga amat terasing
Ayah bertanya tentang arti nasihat
Pada anak yang belum bisa berkata
Anak memeluk tubuh ayah erat
Berkatalah arti sebuah jawaban dari pertanyaan
Tak selalu dengan kata

AIR MATA LANGIT

Pertikaian menggumpal di ubun-ubun cakrawala
Bertarung dengan kilatan peraduan pedang
Memercik cahaya
Jeritan pula ada terdengar
Tanah menyebut kata rindu
Danau berdzikir padu bersama anak sungai
Kian berlari kian berhenti
Berganti gelap datang memaksa masuk dalam hati
Putih tertebas hitam berkuasa
Berusah menghindar malah tertelan
Bumi tak punya rasa, langit kehilangan cinta
Daun berteriak duka
Dewa air datang dari kahangan
Derita mengalir di sudut-sudut kota
Ada yang bertengkar dalam kebisuan
Tenang
Hujan datang tiada akhir titik penghabisan

PELANGI

Wajahku pias ditampar senja
Berkali-kali
Kepalaku sakit ditusuk-tusuk ludah langit yang hangat
Di wajah bukanlah air mata ataupun tanda sedih
Hati berdebar hanya karena sore akan hilang
Diselingi salam perpisahan pada j\kubah awan walau sejenak
Tersenyum aku disambut pasukan warna
Yang ada legenda dalam penampakannya

TANGIS PERTAMA TAWA PERTAMA

Lahir di awal bersatunya dua akal
Berpadu dari keterpisahan alasan dan budaya
Tubuh mungil seorang penghuni taman terindah
Berbaring tak menunggu kematian
Hadir membawa pelangi
Kantongi buah janji
Indah
Terpesona
Jelajahi laut tapaki darat
Bersusah demi sekelumi balas
Tak ada yang bisa menghentikan
Cepatnya darah
Lambatnya degup jantung
Kecuali ada ketentuan lain
Seperti dahulu
Tak lagi mampu bicara
Hanya mendengar dan merasa suara
Tak daya balas kata
Simpan yang didengar untuk sahabat
Disana supaya ramai
Dunia juga sudah terasa sepi
Tanpa tangis pertama dan tawa
Semua hampa bertumpu sepi

KARENAMU

Bila kurahasiakan rasa ini aku semakin tersiksa
Bila kumunculkan, ketakutan malah mengancam
Keputusan di ujung tombak
Kau tak pernah tahu, peduli tidak, acuh tidak
Ingin kupertemukan auramu dengan auramu
Agar aku tak harus bicara dan tahu langsung balas bicaramu
Andai puisi dapat jadi manusia
Akan kucipta walau hanya satu nyawa kumiliki
Kujadikan mereka utusan
Untuk sampaikan pesan dari tuan mereka
Andai kau bicara
Semua indera kujadikan telinga
Adakalanya aku jadi manusia paling tak sempurna
Ada cinta tapi seperti tak mengenalmu

AKU TERSIKSA LAHIR BATIN

Tuhan … ada banyak yang ingin aku tanyakan padaMu
Jawablah dengan ilham agar aku mengerti alasan dari semua kejadian
Aku perlu penjelasan bukan pertanyaan yang terus menerus menyiksa
Menghimpit tak kenal ampun padaku yang sudah semakin terjepit
Aku sudah bosan dengan alasan manusia tentang mengapa mereka berkarya buruk

Pertanyaan pertama untukMu Tuhan
Mengapa kau dilahirkan di negeri ini
Negeri yang kubenci dan terpaksa harus kucintai dengan hati dan akal
Apakah ada kesalahan penentuan takdir yang Kau buat
Mustahil …
Aku tak ingin beradai-andai jika aku lahir di negeri ini dan itu
Karena aku hanya akan tetap mencicipi kekejaman negeri ini
Dan akan terus berlangsung sampai nyawaku sudah bosan utnuk hidup

Pertanyaan kedua untukMu Tuhan
Mengapa aku dilahirkan dengan berjenis manusia
Dunia ini sudah padat dengan keringat menusia-menusia pekerja
Sudah sesak, tak ada celah untukku sedikit menikmati sepi dan udara
Aku merasa tak pantas menjadi manusia
Terlalu berat untukku jika harus memikul dua kitab di punggung
Berilah aku pilihan untuk aku memilih ingin jadi makhluk apa

Pertanyaan terakhir untukMu Tuhan
Bisakah aku menjadi malaikatMu sekarang juga
Aku tuli dengan bisikan setan yang terus-terusan berteriak
Siksa dunia ini mungkin adalah nikmatMu untuk diriku
Apa tak ada lagi yang lebih buruk dari ini
Aku tak ingin lagi membangkang dari perintahMu
Aku hanya ingin jadi hamba yang paling dekat denganMu
Aku tak mau mengeluh dengan apa yang aku terima sebagai ketetapanMu
Oleh karena itu jadikan aku malaikatMu
Agar aku hanya akan bergerak dengan aba-abaMu
Agar aku hanya memuji padaMu tanpa noda sedikitpun
Atau jadikan aku hamba yang tegar dalam hidup

Jumat, 02 Oktober 2009

IBARAT KERANG MUTIARA

Dengan tanganku ingin kupatahkan pilar-pilar pemisah antara kita
Bukan tak sanggup, tapi aku harus lindungi janji dari dusta
Bukan pula tak cinta, tapi agar sempurna penghayatannya nanti
Kutukan demi kutukan tak bisa retakan sarang nafsu terbesarku
Sakit memang sakit, aku dikutuk dengan pasir di jantung dan menyumbat aliran darahku
Tubuhku setengah mati, mata setengah buta tapi rasa sakit terasa sempurna menguasai kendali rasa
Tidak … ini sementara dan kitalah yang akan abadi
Lahir dari topan badai tsunami yang membunuh
Dimuntahkan kerang diburu penguasa laut
Putih dan hanya disimpan di etalase mewah
Dua mutiara …
Terlihat telah pulang dari hantaman
Serasi …
Direnggut alama akan mustahil
Abadi akan jadi peluang

JAWABAN DALAM PETI TERKUNCI

Dik … kau masih ingat aku?
Si buruk rupa yang gadaikan cintanya padamu
Bertatih mencuri rasa yang terus menerus kau jaga
Dengan malu dan tak ada alasan kau terima cintaku
Yang kutulis di surat diantar merpati biru

Dik … terakhir kulihat wajahmu satu tahun lalu
Di panggung perpisahan melepas aku dan angkatanku
Wajahmu tak sedih, air mata tak hadir lewat matamu
Itu yang jadi pertanyaanku selama ini padamu
Kalimat Tanya itu merasuk merantai sel-sel darahku
Masuk menyerang jantung dan timbul rasa cemas meragu

Dik … belasan surat aku kirim sudah tanpa nama pengirim
Bukankah kau sudah hafal sekali tekstur dan bentuk tulisanku
Cara bahasaku yang kikuk dan berbelit-belit
Wangi surat itu pun pasti sudah terekam di kepalamu
Aku yakin hanya dengan itu kau tahu akulah yang mengirimnya

Dik … saying, kata orang cinta butuh pengorbanan
Itu benar dan mungkin sudah jadi teori filsafat cinta
Kata orang cinta itu pahit di awal dan butuh kesabaran menelannya
Tapi apakah aku harus muntahkan cinta bila benar ia pahit
Hingga cinta tak masuk ke tubuhku dan artinya aku gagal
Aku tak dapatkan engkau karena pahit yang kau tawarkan

Dik … saying, aku rindu kamu
Rindu jadi temanku, sahabatku berbulan-bulah lamanya
Menemani bersamaku kemana saja aku bawa hidup dan matiku
Ke laut ia jadi air laut, aku kedarat ia jadi tanah
Aku terbang ia jadi udara, aku menyelam ia semakin tenggelam
Lalu apa artinya rindu bila tak ada balas darimu

Dik … cintaku, banyak Tanya sudah datang padaku
Semakin lama telingaku tuli dengar itu
Hatiku semakin galau menerima karena tak mampu menjawab
Lalu apa yang kau tahu dari balasan cintamu
Lalu apa arti kau terima cintaku yang dulu
Lalu apa arti rinduku yang kusemat selama ini

Dik … rinduku
Bila memang kau bosan dengan wajah buruku
Baik, aku usir rindu dan cinta padamu jadi rasa terasingkan
Biar kucari bayang-bayang wanita yang hanya ingin melihat
Bayangan wajahku tanpa menilai rupaku
Bukan ini yang kuinginkan, tapi, Tuhanku sampaikan kata cintaNya
Padaku dengan cara berbeda, dengan beri aku buruk rupa
Tapi, itu masih dapat dikatakan cinta
Bahkan harus disebut cinta Tuhan kepada hambaNya
Tuhan tak berikan pertanyaan tentang cintaNya
Tuhan tidak diam dengan cintaNya
Karena itupun aku tulus mencintaiNya

Dik … sayang
Memang kau bukan Tuhan, aku paham hal itu
Tapi kau juga jangan paksa aku terus bertanya tentangmu
Pertanyaan yang kau jawab hanya dengan diam
Mengertilah keadaanku
Jika kau masih seperti ini terbelenggu ketidakjelasan
Aku akan ambil dua keputusan
Melupakanmu atau membencimu

SAMA-SAMA BODOH

Makan di sebuah cangkir dan minum di piring emas
Sajian malam dilahap tanpa dikunyah
Mentah …
Lagi-lagi mencipta dosa yang lebih parah
Buta dari sejara satu detik lalu
Saat kemarau membuang air
Saat hujan bocorkan penampungan
Pagi hari teridur
Siang hari hura-hura
Sare hari nafasnya narik turun tak karuan
Malam jadi puncak kesalahan dan penyesalan
Hari esok jadi ancaman
Lusanya benar-benar jadi kematian

MANUSIA BODOH

Huh …
Tak ada masa depan cerah tergambar di wajahnya
Wajahnya hanya mengotori ribuan wajah di masa depan
Seperti akan panjang umurnya
Panjang pula kebodohan dan kelahiran hidup yang sengsara
Takdir tentangnya
Dia pilih menjadi sumpah diantara jubah-jubah putih
Dia pernah memegang tangan lelaki yang masih haram untuknya
Berjalan berdua seperti bangau terbang saat senja mulai mati
Matinya adalah kegelapan
Kegelapan bukanlah pilihan yang dia pilih
Setan boleh berkata dia cantik
Tapi malaikat muntah-muntah duduk di punggungnya
Orang berkata dia menawan
Aku putuskan untuk tak tertawan karena sungguh tak pantas
Tangannya hanya menulis sejarah yang sudah ada
Lidahnya berucap ribuan dosa yang pernah terjadi
Otaknya statis seperti kubangan sampah hanyut oleh sampah
Harapan belum diumumkan
Entah pantas atau tidak dia punya harapan kedua
Yang pertama sudah dibunuh, dicabik-cabik dan ditelan
Hingga jadi kotoran yang memalukan

ADA HUJAN

Sambil berdiri dia tengadahkan tangan menghadang langit
Mencoba membendung tetes air
Setelah penuh …
Dia hirup aroma alaminya
Campuran wangi angin ikut temani
Bermain-main saling melempar petir
Irama yang mengagetkan anak semut
Bila belum akhiri tangisnya
Matahari tak ingin lewatkan menampar hujan
Pelangi hadir melerai cahaya dan angina
Jadi warna perdamaian
Warna sederhana, warna yang tertera
Tumpah dari langit ketujuh sampai langit paling rendah

RUMAH PUTIH

Aku duduk di palatarannaya saja sudah aman
Hanya angin yang disajikan
Panas ditolaj masuk walau hanya mengetuk pintunya
Warna kata-kata menhiasi dindingnya
Penghuninya mempunyai senyuman yang abadi
Tak ada asap, tak ada ejekan, tak ada hal yang bau
Hilang derita setelah datang pemandu akhirat
Datang semangat setelah pergi keputusasaan
Dia bukan sang raja
Pakaiannya seragam dengan rakyatnya
Dia bukan pula pemimpin
Haknya sama di tempat hidupnya
Hanya memberi tak melihat melirik balasan
Doa-doa terus memaksa supaya pintu langit terbuka
Agar tersemai semua rahasia
Terkuak semua taburan kehidupan

TAK PERNAH MATI

Dia akan menjauh
Menghindar dari sergapan cahaya pagi ini
Ini bukan lagi dugaan
Satu takdir yang disembunyikan
Kuasa tak lagi bersabda
Hanya perih sebagai ucapan yang berkata di hati
Tanda cintaku adalah ikhlas tentang kepergiannya
Biar dia menutup mata dariku
Biar dia bisukan lidah dari berkata padaku
Biar dai berladi menjauh dari suaraku
Dia akan datang lagi bersama malaikat
Merelung dalam selaksa kisah masa depan kita
Dia akan tiba dan bersama lagi denganku
Menuliskan sabda bersama kuasa

INDAH ITU INDAH

Daun menjadi gerbang
Bayangannya dipenuhi kata dan kalimat
Air yang bisu dipaksa menjadi saksi setiap langkah
Tiang tonggak tulang duduk menatap hamparan cermin bumi
Langit berkaca, wajahnya terlihat dipermukaan
Angin bergerak, entah siapa yang menggerakkannya
Ia mengantarkan debu
Menyampaikan maksud hati terpendam
Bertangga setiap cerita
Dan lembaran usang sampai kertas layer bercahaya
Malam tak membuatnya sepi
Manusi pergi, sinar lampu datang
Bintang dan bulan ikut menemani
Hanya angina yang setia ada
Melatih dedaunan menari dan ranting terkoyak agar indah
Hitam bukan berarti tidak indah
Dapat diartikan romantis, sunyi, merdu dan kaya seni

PERLAHAN HADIR

Tiba-tiba engkau dating
Membawa sekantong cahaya dari pepasir suci
Berjalan dengan gontai bersama pasukan perang
Bendera perdamaian digenggam tangan debumu
Berkibar menghias udara biru putih
Dari sisi kain yang memuntahkan kilau keyakinan
Menyilaukan mata putra Adam dan Hawa
Membuat berlari dengan keringat surga
Mebderu satu komando berseru janji Ilahi
Karena itu bumi berguncang
Langit runtuh serta turunnya malaikat berpanah
Satu persatu gugur
Satu persatu terkubur
Satu persatu mundur
Satu persatu bertempur
Satu persatu bidadari turun
Sambutan hangat, rangkulan mesra, iringan surga
Lagu-lagu dari suara penduduk kayangan
Bumi sepi dari suara peraduan pedang
Bumi sunyi tak bersuara kecuali riak angina
Langit ramai
Langit terbuka

DARI PECAHAN WAKTU

….. sekarang
Dihapit …..
Masa lalu …..
….. masa depan
Tak perlu berdiri sendiri, berjalan sendiri …..
….. pulih ….. siapa saja …..
Di antara dua …..
….. kau akan melemah
Bukan karena usia …..
….. karena kau yang pilih
Dia bukan teman untuk dua masamu …..
….. kau salah memilih …..
Dia membawamu melangkah ke belakang …..
Buta dari pandangan di depan …..
Kau putuskan ….. merangkul masa lalu
….. kau akan besar
Bukan karena usia …..
….. karena yang kau pilih
Dia sahabat dalam satu nyawa untuk dua usiamu …..
….. benar yang kau pilih ….. mungkin benar
Dia ….. membuatmu terbang ke atas tsuraya ….. tak lagi melangkah
Indera keenam mulai dapat kau miliki …..
Kau putuskan ….. meminang masa depan

KEBUN NERAKA

Ini dosa kita
Menanam benih dari tempat yang salah
Tangan haram kita menanam
Benih terburuk yang kita tanam
Hasilnya, bertahun-tahun tumbuh akhirnya
Pohon zina, akar durhaka, ranting adzab
Subur dan memerah matang
Buahnya bergantungan menerkan darah
Berbunga harum tengik dan bangkai manusia
Sungainya deras oleh lahar yang menyuburkan
Menenggak airnya akan langsung mati tanpa rasa sakit
Aku tak pernah ingin memetik buahnya
Tak pula ingin mengajak seseorang melihat buruknya indahnya

PENANTIANKU

Kubutakan mata pada siang hariku
Agar jelas kulihat kedatanganMu duhai Malam
Agar tak ada kantuk yang membelenggu penyambutanku
Atas hadirMu di atas sejadahku

Kubisukan lidah pada terik siangku
Agar dapat kukatakan pinta padaMu duhai Cinta
Agar bisa kuteriakkan isak tangis pengharapan ampun
Atas dosa dan lembar hitam milikku

Dan tak pernah kubunuh hatiku
Agar selalu penuh dengan Asma Agung duhai Pemberi Rindu
Lalui satu detik adalah penyesalanku sampai nanti
Lupa sesaat adalah kisah yang ingin kuhapus

Maka datanglah di pelupuk hatiku
Berikan aku untaian Rahmah dan MaghfirahMu
Yang dapat dekatkan aku padaMu duhai Ilahi
Agar neraka tak kurasa sedikitpun panasnya

SUDAH

Sandarkan aku dari mimpi burukku
Bawa aku dalam alam imajinasi indahmu
Bentangkan kain rindumu di atas anganku
Telah hadir jiwa kedua dari wajahmu
Yang hidup dan menghidupkan
Cerah dan menitikkan cahaya gemerlap
Sakitku telah lenyap
Terbawa hujan, panas dan angina
Muaranya tak nampak
Sumber dari cantik dan citra jiwa
Mendaur kembali kepulangan hati
Saatnya kita terperangka di surga
Sampai kematian menjadi akhir dari permulaan
Dan tiba saatnya untuk kita berdiri di sungai langit
Menyiram bumi kedua untuk sebuah balasan
Sebab aku tak lagi cinta
Sebab aku tak lagi bernyawa
Karena aku sudah menjiwa

DEBU ROMANTIKA

Kau tulis kata dengan cinta
Purnama memenuhi makna kalimat kita
Sesudah tiba rasa untuk tidak meminta
Angina perantara surga juga terbuka
Tiap detik adalah nyawaku yang bernyawa
Kala rindu singgah, dia tak di sisi lagi
Kemana dunia ini hilang dari pandangan
Ketika aku lama menunggu
Hanya daun yang tetap menghijaukanmu
Aku akan tetap disini dalam baying-bayangmu
Sampai nanti jelas kulihat wajah kekasihku

ADA BEDA

Dinding cahaya menembus pandangan
Agung nan megah
Kerangka suara menjadi pagar
Mengurus tunas pembangun nusa
Mereka menggempur kertas-kertas sakti
Menelan rumus dan peninggalan peradaban
Mengkaji tumpukan huruf-huruf asing tanpa mengingkari
Membuka jendela lewat cakrawala
Ada yang berteriak dan angin jadi pendengar
Ada yang berhadapan dengan kotornya bumi ini
Ada yang tertidur bersama cita-cita yang belum dicapai
Ada yang bertanya sebuah pertanyaan yang tanpa jawaban
Ada yang melipat masa depan dan membakarnya dalam kebosanan
Ada yang berbincang dengan sandi-sandi diam lewat bahasa mata
Bermacam bentuk dan istilah tentang impian
Ada yang menangkan impian
Ada pula yang membiarkannya lari
Kosakata tak lagi dipedulikan
Akhirnya impian menjadi musuh terbesar
Bukan lagi impian atau seorang teman
Jembatan mereka hancurkan
Langkah mereka tanam terbenam
Kalam hanya tersimpan dalam kotak-kotak kejahatan
Pundit-pundi kosong bergema suara
Kursi-kursi berdebu tak tersentuh sang pengukir mimpi
Sudah cukup keceritakan kisah menyedihkan ini
Bukan tangis yang lahir
Namun kerutan dahi dan keputusasaan
Juga tawa kegilaan
Juga keyakinan tentang masa depan
Yang takkan berdiri dengan tegak

MATAHARI MALAM

Kau hujan …
Turun meramikan tanah
Berbau khas dari gemericiknya
Senandung indah dari rintiknya
Menembus akar hutan kemudian berwujud paying hijau
Bayangmu menenangkan tak menyesatkan
Lindungi semburat cahaya di antara titiklembar hitam

Kau seniman malam …
Menyusun lirik-lirik dalam sujud
Bernyanyi dalam tahajud
Menyandingkan air mata dan rintik harap
Menyelam sampai dasar laut lalu berpesan
Semua yang indah ada padanya
Semua yang merdu ada pada sabdanya
Sandi setiap peradaban yang ingin dimulyakan dan abadi

Lau penyulam terbaik …
Dari tanganmu lahirlah jubah perang
Pakaian ahli surga dan sutera bidadari
Tak pernah usang sampai terkubur tanah
Tetap harundan suc bila terangkat dari bumi
Kain penyelamat di akhir usia galaksi
Pengikat tubuh dengan pembuka pintu surga

WUDHU

Allah ampuni telapak tanganku sering berbuat dosa-dosa kecil
Buat mulut ini tak malu sebut namaMu di depan umum
Seperti tak malunya bicara kotor, banyak bicara, kasar
Jangan buat kelu lidah ini saat malaikat bertanya
Hidung ini terus mencari-cari kesalahan
Cari-cari alasan menutupi kesalahan
Wajah, mata, terlalu banyak pandangi neraka
Pandangi sayatan melukai hati
Tangan ini, ingin menyentuh apa yang Kau benci
Kepala ini berisi sampah, gagasan merendahkan
Dengan air ini hapus pikiran burukku ya Allah
Dzikir tanpa batas, lintas waktu juga tempat
Juga kaki ini, membawa semua rangkaian tubuh
Menuju apa yang Kau benci, aku tak tahu
Sebelum shalat
Aku ingin menghadapMu dengan suci lahir batin

NILAI SPIRITUAL

Dari hari ke hari syahadat diucap
Pengakuan yakin Allah sebagai Pencipta
Dari ujung timur sampai ujung barat
Lima kali sehari shalat didirikan
Zakat, semakin banyak kesadaran tentang ini
Setiap tahun puasa ditempuh
Setiap tahun berbondong pula jamaah haji
Indonesia tetap seperti negeri miskin
Angka kriminalitas tetap di langit
Kemiskinan tak perlu lagi diteropong
Apa ada yang salah tentang ibadah kita
Hanya ritualitas belaka
Tak punya gaya gerak tanpa daya dorong
Hasilkan perbuatan positif
Khusyu dan sadar sebenarnya keyakinan
Adalah kunci ibadah

MALAM ITU

Gelap benar-benar butakan mata
Menjelang adzan kematian masih bersamaku
Menemani, memberi mimpi
Tidak ada pinta, tidak ada wudhu
Lewat begitu saja tanpa suara
Menipu kelelahan dalam hati
Setan berorasi dalam dada
Mimpi itu indah, gelap itu tenang dan sunyi
Lelah tak dapat dikalahkan
Biar saja kita menunggu dia pergi
Dan kita kehilangan kesempatan
Dengan berselimut malam

SAYANG

Biar aku saja yang mendekat
Mencintaimu lagi setelah itu
Pasti kutemukan
Belum tentu bisa kumiliki lagi
Tak ada sesal
Ini kesalahan pertama
Semoga ada hati berlapang dada
Untuk sadari tak ada yang abadi
Cinta ada dalam doa
Bukan rayuan
Bukan saja pernikahan
Doa dalam sujud persembahan istimewa

TSUNAMI ACEH

Katanya konflik bawa bencana alam
Tsunami yang dikirim Tuhan
Bencana pesanan dari dua kubu
Sampai sekarang mereka masih belum tahu itu
Namun konfllik sudah reda
Tsunami datang ke tanah lain berbentuk ancaman
Tsunami lahirkan kecemasan
Aceh jadi contoh kehancuran
Tapi hancur tak boleh berdiam di Aceh
Beribu gedung tumbuh
Islam menguasai tanah rencong

DESEMBER

Ribuan manusia lahir di awal Desember
Mengawali ceritanya menjelang habis tahun
Kasihan …
Tak sempat rasakan nikmatnya tahun kelahiran
Menjelang awal tahun ada yang punya harapan
Tapi gugur di akhir Desember
Harapan, cinta, cerita itu masih bisa dibaca
Lewat pesan yang tak sengaja ditulis

AWAL MEI

Mei dan Ramadhan pernah dipertemukan
Berjalan bersama beberapa tahun
Ada ibu yang berharap
Buncitnya akan berakhir
Ada manusia sambut turunnya Quran
Beramai adakan hajata masal
Dzikir dan doa diselubung mesjid
Malam itu ada yang lahir
Bukan anak pejabat
Bukan anak raja
Cuma hamba yang dapatkan kesempatan
Untuk mencoba hidup pertaruhkan nyawa
Itu hamba

SEJENGKAL TANAH

Bangsa ini adalah kumpulan kerajaan
Saling menjatuhkan, membunuh demi kekuasaan
Menang akan hidup, kalah mati atau menurut
Tak ada batas yang ditentukan
Tak ada kepuasan mengalirkan
Tak ada ampun bagi pembangkang
Tapi runtuh karena dibunuh saudara sendiri
Jangan lagi katakan mampu pertahankan negeri
Bila ada sejengkal tanah dapat dimanipulasi
Batasnya dikubur, dipindah sekehendak diri
Diam-diam bergerak dalam sepi
Mereka rampas tanah yang kita abaikan
Bahkan pulau
Lalu apa arti sejarah kerajaan dulu
Keberaniannya tak menurun pada kita
Pertahankan negeri

PERTAMA

Mungkin khayalan ini terlalu jauh
Tak pantas untuk kembali diulang
Masa depan berawal dari impian
Terkadang berharap itu menyakitkan
Apalagi menunggu, seperti menyiksa diri sendiri
Tapi kenyataan sudah menjawabnya
Dia pergi dan aku masih bernyawa
Menjadi kepala bagi tangan dan kaki
Kemana arah bisa saja ditentukan
Sebab sekarang aku ada di depan
Yang pertama hadapi musuh
Di atas, yang pertama diterjang badai
Pertama setelah dulu menjadi yang kedua
Aku yang pertama

MASIH ADA CINTA 2

Mari sejenak melihat ke belakang
Jauh sekali hal itu tertinggal
Masa yang sudah gugur
Hanya dapat hidup bila dikenang
Sekarang aku datang
Sampaikan rasa dan keinginan
Aku tak memaksa
Lihatlah luka-luka ini
Bila kau sudi
Sembuhkanlah

MASIH ADA CINTA 1

Jangan ingatkan aku tentang hal-hal yang lalu
Pernah dengan susah payah aku samarkan
Sekarang di depan mataku ada kertas kosong
Sedang aku tak punya setetes pun tinta
Ingin kupinta kau gambarkan sesuatu
Tapi kau jauh dan belum tentu miliki tinta
Terpaksa aku ambil pisau
Sedikit menyayat jari
Goreskan namamu di kertas itu
Sangat indah dibaca

TUMPUKAN BUKU

Fisika, penuh ungkapan rahasia fenomena alam
Matematika, jalan lurus menuju sebuah keputusan
Biologi, petunjuk mencari siapa kita dan siapa alam
Sosiologi, ada apa dengan masyarakat setempat
Kimia, bumi dan langit sudah terungkap
Sastra, penuh kata-kata
Sejarah, rekaman peristiwa pendahulu kita
PPKn, arti sebuah nasionalisme penuh idealisme tinggi
Ekonomi, siasat perang pertahanan Negara
Psikologi, menebak secara ilmiah mental dunia
Humor, cara cepat tertawa sendiri
Novel, membaca daya cipta manusia lewat cerita
Semua kurangkum dalam esai singkat
Menjadi buku yang layak ditumpukan paling bawah

SIANG

Mencari nyawa biar tetap hidup
Matikan lampu kamar lalu keluar
Mengeja jejak-jejak janji dari kitab suci
Di depan sana ada kepastian
Di tengah-tengah hari harus tetap ada sujud
Supaya nafkah tiap rusuk tertutupi
Dan ada mata yang terpejam sejenak
Kumpulkan tenaga yang berserakan dari langkah awal tadi pagi
Kemudian duduk atau berdiri lagi membangun pertahanan
Siang bisa jadi bising
Karena banyak yang berlari mengejat keberuntungan
Ingin lebih dari apa yang termuat di kedua tangan
Serakah atau untuk masa depan
Siang menerangkan tiap-tiap tindakan
Ada yang terbongkar
Ada yang disimpan untuk nanti malam

KEMBALI

Hanya beberapa tahun aku hapus namaku
Tak berpikir tentang yang indah dulu
Kau tentu masih bertanya dan menunggu
Sebab kata-kata terakhir tak sepuitis dulu
Seperti ada batas yang diciptakan
Tentu kita tak mau
Rindu bukan sandingan dusta
Akan jujur selama masih ada rasa samar-samar
Kini aku kembali
Inginkan namaku ada lagi di hatimu
Entah apa keputusanmu
Semua sudah aku persiapkan
Mulai dari kecewa sampai tinggi rasa
Seindah-indah kata adalah memberi
Lebih indah bila disambut dengan kata menerima
Aku dan kamu

AA GYM

Berkata benar itu mudah
Firman Allah bisa keluar dari orang sekeji apapun
Yang sulit adalah berkata yang sesuai
Hati dengan lembut berkata jujur
Teruslah berkata `A
Banyak media membalikkan fakta
Itu biasa, mereka manusia
Orang baik ditulis buruk
Orang buruk bisa dianggap mulia
Saya banyak temukan `Aa Gym dimana-mana
Ini adalah harapan
Teruslah lahirkan Aa Gym sebanyak-banyaknya
Saya tahu Aa berkiblat pada uswah teladan kita
Doakan umat ini di masa mustajabnya doa

INDONESIA KOTOR

Sampah bisa diam, bisa bejalan lalu lalang
Sampah lahirkan sampah
Indonesia ibarat pegunungan
Dari kaki sampai puncak udaranya sejuk
Itu dulu ….
Budayanya kotor
Bahasanya kumuh
Cita-cita sudah berbau busuk
Air sungainya bisa gambarkan tercemarnya hati
Ruhaninya gersang, lihat saja hujannya
Pikirannya bising tak jelas, dengar saja metropolitannya
Lahirkan megapolutan
Kejam, saksikan saja setiap hari di berita criminal
Bodoh dan miskin, tidak sehat
Lihat buncitnya perut anak-anak di bawah umur
Setiap sudut harus dbersihkan
Dengan shalat yang bukan hanya ritualitas belaka

BANGGA JADI ANAK INDONESIA

Kita anak-anak yang terlahir dari darah pejuang
Tanpa rasa ikhlas tak mungkin ada kemerdekaan
Kita lahir dari budaya-budaya penuh keindahan beragam warna
Tak ada yang punya selain anak bangsa ini
Dengan banyak bahasa kita dapat bicara
Banyak tarian yang bisa kita mainkan
Banyak nyanyian yang bisa kita dendangkan
Banyak kuliner yang bisa kita rasakan
Tanah kita luas dan paling subur
Tanam apa saja jadi
Sengaja maupun tidak disengaja
Negeri ini bukan negeri lainnya
Percikan air sungai surge adalah Indonesia
Dan pantas kita bangga jadi warganya
Mencintai percikan air ini
Surga dapat kita rasa sebelum yang yang sebenarnya
Tapi, mengapa tak banyak yang kunjungi surga lagi?
Apa di surga telah banyak setan yang datang menjajah?

SEMPURNA

Bumi ini tidak bulat, cenderung elips
Secara keseluruhan langit tidak biru lazuardi
Berkelok, berbulat bentuk tubuh bumi ini
Matahari tak bisa hadir di seluruh penjuru
Dari semua rahasia alam yang terlungkap
Itu hanya sebuah terkaan lewat kejeniu sanhari yang sangat terbatas
Tidak ada lirik lagu yang indah didengar setiap hari
Pernikahan hanya saling tutupi kekurangan
Itu pun bukan berarti tertutupi semua
Seratus derajat bukan panas yang maksimal
Nol derajat bukan berarti dingin
Masa depan dapat diperkirakan lewat ilmu logika dan peluang
Bentang kiamat siapa yang tahu?

UKIRAN RASA

Mati pasti datang
Lemah pasti tiba
Tua menggantikan wajah muda
Sakit bisa singkirkan sehat
Juga sedih bisa matikan bahagia
Sebelum semua itu terjadi
Ada baiknya ambil pena untuk memahat kata
Mencatat deretan detik dan menit yang sekarang ada
Nanti bisa dikenang
Urutan perjalanan menuju kematian
Ada senang juga penantian
Kecewa dan sabar ikut diundang
Yang penting tidak mati tanpa karya

Tidak untuk yang kedua kali
Detik ini adalah kenyataan dan hidup yang disadari
Menentukan masa depan dengan tempuh gelombang
Hadapi kegagalan, tindasan, terabaikan
Dahulu lupakanlah
Biar mengalir menjauhi hari ini
Jangan lagi jatuh dalam lubang yang sama
Tidak untuk diulang semua ketergesa-gesaan
Jalani hidup sesuai ritme
Punya tempo
Supaya tidak lelah diliputi ketidakpastian
Dulu adalah kematian
Masa lalu cukup dilupakan
Semangat baru harus semakin berkobar

TEPI MALAM

Gelap sudah bertabur di langit
Menutupi cahaya-cahaya kian pudar
Bumi mati sesaat tak bermimpi
Ingin kumiliki sunyi saat ini
Hingga aku dapat berdiri dan menangisi diri
Di tengah tumpukan mayat setengah nyawa
Ingin aku mengadukan semua cerita
Tentang abadinya salah
Tentang adanya lemah
Juga surga yang tersimpan
Terkadang ingin kuundang mati
Jika aku benar-benar remuk oleh air mata
Pengaduanku pada cinta
Berbalas sejuta ketenangan
Berbuah surga yang tertunda
Aku tak berani tenggelam dalam bayang sufi
Nikmati lapar dan dzikir tanpa henti
Penjarakan nafsu dalam diam
Pejamkan mata
Lalu mencari bisikan cinta
Hangatnya malam
Manisnya kehinaan
Dan sanjungku akan pula lebat berbuah
Puja juga hadir, buatku makin bisu
Serta satu titik tuju di dalam gelap
Ada yang hadir, ada yang pergi, ada yang diam
Tapi aku ingin mengejar dengan waktu sempitku
Biar bersisa sedikit, aku tetap ingin berlari
Tak mau tidur mengunci
Biar saja aku mati berkeringat

BILA SUDAH TAK CINTA

Jangan simpan lagi dia dalam kenangan
Tapi jangan anggap dia sudah mati
Tetaplah bertanya, menyapa, memberikan saran
Boleh kita fotonya
Tapi jangan menyulut benci untuknya
Walaupun sekarang berjalan pada pijkan yang berbeda
Tetapi jangan pernah merubah arah
Tetaplah berdoa untuknya
Jangan lupakan apa yang pernah dia ajarkan
Dan jangan ceritakan tentang buruknya

Mari menyusun seroja bunga seroja
Hiasan sanggul remaja putri remaja
Rupa yang elok dimanja jangan dimanja
Pujalah ia oh saja sekedar saja
Mengapa kau bermenung oh ade berhati berhati bingung
Janganlah engkau percaya dengan asmara
Sekarang bukan bermenung jangan bermenung
Mari bersama oh ade memetik bunga

KEPINGAN HUJAN

Gemerincing memancar dari abu-abu langit
Suaranya memudarkan aura hidup
Memanjakan mata nikmati percikan
Paduan suara beribu nada
Tak ada wajah yang terbayang
Tidak seperti biasanya
Hujan hanya menghapus sementara semua sejarah diri
Aku hanyut dalam hipnotis terapi suaranya
Saat kecil dulu aku dilarang bermain dengan hujan
Dewasa tiba hujan masih merayu untuk bermain
Andai ada teman-teman kami akan ke lapang
Bermain bola, menendang penyesalan masa lalu
Mengejar bola membawanya terlunta-lunta
Sampai keringat kalahkan derasnya hujan
Sampai mati kami akan berlari

SEKUMPULAN PENULIS

Mereka pernah bertamu di rumah-rumah pembesar
Tidak banyak bicara dan hanya melihat dan mendengar
Meramu, ciptakan formula lewat rumus-rumus sederhana
Ditulis dan dituangkan oleh mata-mata jurnalis

Mereka pernaj rasakan sesuatu yang rumit sampai
Yang paling sederhana
Mencari tanda-tanda adanya wajah Tuhan
Menafsirkan semua firman dengan tanda Kauniyah

Dunia ini lebih indah dengan kata-kata mutiara
Terkadang membuat api semangat saling berseteru
Terkadang membuat benar-benar diam termenung
Terkadang ada senyum di sela-sela kesedihan
Teruslah hidup dengan menulis

KSATRIA BESAR

Ternyata adikku sudah mulai cerdas
Berkata apa yang tak ingin dia nikmati
Walaupun hanya diberi pilihan tunggal
Dia hanya belum tahu tajamnya pedang
Perang saja belum dia alami
Wajar dia bertanya harus berdiri di mana
Padahal nantinya akan sama hasilnya
Membunuh atau terbunuh
Semoga saja ada ksatria lain yang ingin maju
Menari dengan pedang dan jubah perang
Kemenangan bukan hal yang mutlak harus dicari
Sebab masih ada kata “kekalahan”
Jadi masih ada dua pilihan
Dan ini bias saja benar atau salah
Tergantung mau ke mana ksatria berjalan

SEKILAS PANDANG

Ini hanya masa lalu yang jadi penyesalan
Mengingatnya hanya menambah penuhnya kebimbangan
Tersenyum saja tidak
Seperti tak kenal
Mungkin ada rahasia besar yang tersimpan
Bola matanya tanda antara harapan dan pesimis
Putus asa yang bias terjadi
Di kotak itu ada foto-fotonya
Bergaya seperti ingin terus ditatap
Mencoba menatapnya dalam nyata terasa berat
Biar saja …
Ini bukan sebuah keputusan
Masih banyak waktu untuk dapat kita menunggu

BOSAN

gerombolan setan berbaris dengan tongkat trisula
rencana sudah mantap pasukan sudah lengkap
bola-bola api dari neraka siap jadi senjata utama
kapanpun waktu menyerang
mereka mengintai di sela-sela detik
dan yang saat ini kita rasa adalah sebuah kebosanan
menunggu dengan pertahanan yang lemah
sedang kita hanya bisa memadamkan azam hidup
tak mampu membeli penyulut api
miskin ilmu tak punya harga jual
tinggal keranda dari neraka yang jadi penantian
coba saja berfikir: kedua tangan telah buat apa?

WANITA LANGIT

Aku hanya kenal dia sebagai wanita
Lahir dan akan mati di mana aku tak tahu
Hidupnya tak kuresapi sepenuhnya
Ada benci yang kusimpan tak kukatakan
Hanya beberapa kalimat supaya dia makin menjauh
Semakin tinggi bersandar di langit
Semakin pudar melihat aku yang terus pandangi langit
Aku tak yakin dia akan kembali turun
Perginya saja tanpa kesan dan kenangan
Dia membuatku selalu menerka
Ada berapa cinta yang dia punya

AIR MATA

Tidak seperti hujan
Dia tak bermusim
Tak perlu ada gelap,mendung, atau kilat
Air mata sulit untuk diundang
Hanya saat hati benar-benar hampa
Kosong tak punya apa-apa
Jangan ada setetespun sombong
Mustahil air mata bersedia datang
Malam, sajadah, wewangian dan sujud
Meminta, hinakan diri, memuji
Air mata tanpa disuruh akan deras mengalir
Hangatkan pipi tenangkan hati
Cerahkan masa depan
Semoga dia mau datang saat lima yang berulang

KEMISKINAN BERSERAKAN

Siapa yang miliki kemiskianan ini?
Kenapa tidak dirapihkan?
Berserakan dimana-mana
Di stasiun dia bisa kutemukan dengan jelas
Mereka meminta tanpa memberikan jasa
Di pasar kemiskinan terang-terangan hadir
Memungut buah setengah busuk
Meminta juga ada
Di kantor-kantor, gedung pencakar langit
Kemiskinan terlihat indah juga mewah
Kosong rasa peduli, tak ada belas kasih
Sombong, hanya uang jadi pertahanan
Miskin itu tidak indah, di manapun dia ada
Apalagi bila sudah ada di hati

AGUSTUS 2001

Ramai sorak bertema kemerdekaan
Terbentang semua semangat tutupi siang
Tapi di sana ada yang ingiin pergi
Saat semua tertawa
Sakitnya tak ijinkan dia begitu
Ramai jadi redup
Kemerdekaan jadi kedukaan mendalam
Dia pergi dan takkan kembali

SELEPAS MAGHRIB

Pulang kandang membawa uang
Jelang rumah ada dua pasang manusia
Terlabat tepati janji untuk pulang
Naiklah mereka berdua
Antara keterlambatan dan romantisme
Wajah-wajah sepi berbincang belakang kusir
Tentunya tentang cinta
Menja, rayuan dan sebuah suasana
Membuat cinta makin menjadi
Hati semakin sakit untuk jauh
Selepas maghrib jelang isya
Si pria pulang dengan kegirangan
Si wanita langsung rasakan kembali rindu

PASANGAN ABADI

Hujan dan malam sering duduk berdampingan
Selalu seperti itu
Hujan bercerita tentang deras cintanya
Malam hanya menjawab dengan sunyi

Syair dan Bimbo selalu pergi bersama
Empat decade bercinta tanpa henti
Selalu ada nada yang terus jadi penghulu
Mereka saling mencinta
Syair jadi indah, Bimbo semakin hidup

Sedang antara aku dan kamu
Seorang penanti hanya bisa menunggu
Yang dinanti tak kunjung menjawab
Serasi bukan?
Menanti dan dinanti

TUA BERMUDA

Awalnya adalah sebuah rasa peduli
Akan hidup generasi muda
Tentang siapa yang akan tunjukkan jalan ke surga
Agar semua dapat satu arah
Dia putar otak saat masa pensiunnya
Ada putaran api di dadanya
Terus berputar dan memberikan radiasi
Hangatnya terasa panasnya ada
Matinya takkan ada bangkai
Hidupnya tercatat di punggung kanannya
Semua bermula dari sebuah kepedulian
Tentang bertahan dan terus maju
Agar semua bisa merasakan nikmatnya sujud
Indahnya jamaah
Kuatnya pemuda yang ada di sekitar kita

ARUM

Putih berkacamata
Ya, tadi pagi adalah kali pertama
Aku lihat gerai rambut yang lama bersembunyi
Sempat-sempatnya langit berubah lazuardi
Sama indahnya

Di rumahmu ada kotak rahasia
Berisi cerita-cerita
Tak dipublikasikan

Cantik rasanya bukan lagi relative
Tapi mutlak milikmu
Tetaplah bersembunyi
Jangan katakana pada dunia kau masih hidup
Lebih baik dianggap tak ada karena orang tak tahu
Daripada orang tahu
Tapi tak dianggap keberadaanmu

TIGA ORANG MATI

Entah apa bila mati sudah diketahui
Adakah senang atau bimbang
Banyak orang tak tahu kapan dia mati
Padahal kita mendekat, dia mendekat
Tak pernah ada yang menjauh

Jelang tahajud tiga orang mati
Eksekusi adalah jelmaan Izrail
Ada beberapa manusia jadi pencabut nyawa
Ringankan tugas malaikat
Atau mereka lampaui batas tugas malaikat

Selamat menikmati kematian kalian
Kami tak tahu mana yang benar dan salah
Kalian tetap saudara muslim kami
Lahir dalam tanah air yang sama
Agama yang sama

PERNIKAHAN

Utara dan selatan bertemu
Pada lintang yang tak menentu
Siapa dia siapa aku
Tapi di hati tak ada pertanyaan itu
Yang ada hanya cinta
Aku cinta dia, dia cinta aku

Sarang tak lagi dianyam sendiri
Roda waktu pasti lebih perlahan berjalan
Karena lama berdamping dengannya
Adalah sesuatu yang indah
Saat aku berdiri, depan mataku adalah surgawi
Saat aku duduk, sajian bidadari kunikmati
Saat aku tidur, hangatnya hadirkan mimpi

Selasa, 29 September 2009

HUJAN

Coba untuk tak pejamkan mata
Pandang, dengar perginya hampa
Dia hadirkan rintik nada
Datangkan hujan menyapa
Demi bumi, untuk diri
Demi langit, untuk suci
Demi nama untuk puji
Demi nama, syukur mewangi
Ketuk satu impian
Sampaikan harapan
Tanah tumbuhkan jutaan berbuah
Sungai lahirkan ribuan surga