Jumat, 23 Oktober 2009

PERNIKAHAN 5


jadilah muslimah yang membuatku terus bersemangat hidup
jadilah wanita yang kucinta dan kurindu sampai di surga
jadilah penyempurna agamaku yang mendekatkanku padaNya
jadilah doa yang terus membayangiku
jadilah pendampingku yang setia
jadilah penguat bagi rapuhku
jadilah penyempurna bagi kekuatanku
jadilah tilawah yang menasihatiku
jadilah ilmu yang mencerdaskanku
jadilah makmum di shalat malamku
jadilah mutiara bagi kerasnya kerangku
jadilah pasir bagi pantaiku
jadilah matahari pada siangku
jadilah purnama pada malamku
jadilah kamu hamba bagiNya yang sejukan hatiku

PERNIKAHAN 4

doa jadi harapan
sujud jadi ungkapan
puji jadi kata
romantis jadi udara
rindu jadi detak jantung
wajahmu jadi bola mataku
cerita jadi takdir
nama jadi keputusan
air mata jadi senyuman
penantian jadi perpaduan
haram jadi halal
aku jadi kamu
kamu jadi aku
pertemuan jadi cinta
nyawa jadi mati
dan kita akan terus tetap bersama
juga dengan keluarga, rasul serta sahabat
amiin

PERNIKAHAN 3

Sebuah penantian telah berakhir
Tambatan hati telah bersedia menemani
Perjalanan panjang menuju ridha Ilahi
Janji diucap, cincin disemat
Sempurnalah agama pada hari ini
Pertemuan ini berlandaskan kasih sayang
Dia yang mempertemukan, Dia yang mentakdirkan
Rahmah dan rahimNya jadi kekuatan kita
Terus melaju dan tetap berpegang tangan
Sujudku makin dalam
Mensyukuri perpaduan cinta ini

PERNIKAHAN 2

Ini adalah hari bahagia
Ijab kabul terucap, janji semakin mengikat
Kami teguhkan hati mengharungi hidup
Tak lagi sendiri, pendamping hidup telah hadir
Bahtera siap berlayar, ombak siap dihadang
Saat ini setengah agama kami sempurnakan
Dua cinta disatukan Yang Maha Mencinta
Hari-hari akan penuh bahagia
Hari-hari jadi saksi tulus ikhlas cinta
Berpadu dua manusia
Terwujudlah sakinah mawaddah wa rahmah
Lahirkan generasi umat terbaik
Harapan baldatun thoibatu wa rabbun ghofur

MELANCONG



Ini adalah bangsa yang paling banyak komunitas muslimnya
Bangsa paling indah, zamrud khatulistiwa
Garis khatulistiwa sengaja mampir melewati daratannya
Sabang sampai Merauke, indah nian pula-pulau merantai
Hijau dari kejauhan, biru memadu mengelilingi pulau
Penduduknya sangat beruntung sekali
Tak perlu berjudi memperebutkan takdir
Takdir indah sudah ditentukan untuk tanah negeri ini
Gunung-gunungnya berbaris berbaris angkh jadi pasak bagi bumi
Lautnya kaya, isi tanahnya melinpah, musimnya merata
Ribuan tempat wisata alam kita miliki
Air terjun, gunung, danau, pantai, juga kebun
Semua untuk kita, bebas kapan saja ingin disinggahi
Semua untuk tafakur diri, memposisikan diri di titik nol
Tapi mengapa yang datang orang bertakabur diri
Memposisikan diri pada titik tertinggi
Kita pergi melancong untuk membuka mata hati
Buta justru membutakannya
Untuk berfikir jadi hamba
Bukan untuk nafsu berkuasa
Ke puncak kita pergi, Jogya kita singgahi
Bali dimimpi-mimpi
Danau Toba, candi Borobodur, sampai puncak Jaya Wijaya
Adalah pesan yang harus diurai menjadi butiran-butiran nilai introspeksi diri
Agar kita tahu diri, sadar diri, kenal akrab kelemahan diri, mawas diri
Agar dapat berdiri tanpa angkuh

9 Oktober 2009

CINTA MATI 3

Ramadhan dua tahun lalu kita bertemu
Tak ada ragu aku memutuskan ini
Syawal kuucapkan janji padaNya
Mencintaimu sampai mati
Kusematkan cincin di jari manismu
Sempurna sudah agamaku
Ramadhan datang lagi, satu tahun sudah aku mencintaimu
Kau sempurnakan puasaku
Kau sempurnakan malamku
Kau ajak aku memburu al-Qadr
Aku makin cinta
Cintaku sederhana tapi kuusahakan agar istimewa
Ramadhan datang lagi, kau malah pergi
Akan lebih kusempurnakan puasaku
Akan lebih kusempurnakan malamku
Aku berburu al-Qadr seorang diri
Kematian tak dapat matikan cintaku
Setiap ramadhan aku berjanji selalu mengunjungimu
Ramadhan adalah bulan istimewa kita
Bulan cinta, bulan pertemuan, bulan romantic, bulan perpisahan
Sepanjang ramadhan, sepanjang itu pula aku mengenang

CINTA MATI 2

Dari awal aku bertemu denganmu
Telah kutanam tiang pengikat cinta
Agar dia kokoh, agar dia tegak
Setegak shalat-shalat kita di sepertiga malam
Lalu dengan meminta cintaNya kita berharap dapat terus saling mencinta
Di atas pusaramu kutaburkan sejuta benih cinta, seperti dulu
Air mataku selalu ingin jatuh di tanah kuburmu
Rasanya hangat
Dia kuutus untuk sampaikan pesan
Bahwa cintaku tetap hangat, tetap hidup
Buka pintu surga saat aku mengetuknya

9 Oktober 2009

ADA PUISI UNTUK MALAIKAT 2

Sore ini hujan
Adakah malaikat itu juga rasakan rintiknya
Bersama menggantung haruman panas tanah tadi siang
Melihat kecepatan berlalunya tangisan
Menghitung seberapa banyak kesyukuran dalam tiap rintiknya
Tumbuhkan daun-daun dan cabang-cabang
Ada buah di penghujungnya
Ada gutasi tiap lembarnya

Sore ini hujan
Mengundang rangkaian puzzle ketenangan
Aku buka kotak berisi puluhan foto

Aku rindu berkata
Dengan apa yang kulihat di bumi ini
Aku bisa menghujat semuanya
Teramat jauh dari yang diharapkan manusia seperti kami
Yang selalu ingin berkata pada manusia dan benda mati
Mereka tak cukup mendengar bahasa tubuh kami
Yang sejak dahulu mengisyaratkana sebuah kalimat utuh
Mengusung tujuan, mengarak seribu buku demi hidup mereka
Tapi hari ini mereka malah berkata tentang kematian

Duka kata ini belum juga habis
Terdampar, tenggelam, hidup, dan mati kembali
Sebenarnya apa makna nafas mereka tanpa kata?
Bagaimana mereka bisa tenang tanpa berkata?
Semua perlu dijelaskan dengan kata
Mata akan bisa melihat lebih dalam lagi bahasa kita
Dunia akan mendengar dengan siang dan malam
Tiada salah paham dalam menafsirkan

Bila tak ada lagi yang berkata
Izinkan aku berkata walau hanya dengan berbisik
Sebab rindu tak lagi sebagai kata
Rindu adalah rangkaian kalimat cita-cita

Aku berbisik pada langit
Tentang nasibnya bertahun mandating
Tak ada yang ada
Bila mungkin birunya nampak pada malam hari

Semua pasti senang
Menyambut alam yang sebelumnya belum terimajinasikan
Namun seperti apa sambutan mereka

ADA PUISI UNTUK MALAIKAT 1

Kemarau …
Gugur, panas, kering, keringat, dahaga
Jeritan di salah satu sudut lahan kering
Mereka memanggilmu lewat ritual-ritual penuh spiritual
Derita-derita yang tertanam subur
Tumbuh dalam gubuk kemiskinan
Hanya beberapa manusia yang tidak butakan matanya
Tapi, kau tak berbuat sebelum ada perintah

Saat hujan deras kau cucurkan, masih saja ada jeritan
Kematian juga setiap hari datang
Kematian yang lagi-lagi lahirkan jeritan
Lalu di mana indahnya kata malaikat dapat ditemukan

Salju, atau di tengah-tengah khatulistiwa

Ada saatnya aku membingkai beberapa kisah cinta
Terbayang ada malaikat bersayap dengan panah cinta
Di sana katanya ada kau tersenyum melihat cumbu
Tidak dalam bola mataku
Kau merah padam dan bertanduk dengan tongkat trisla

Cinta malaikat sudah dinodai
Dengan sentuhan
Dengan pandangan
Dengan rayuan
Dengan janji
Dengan kepalsuan

Tetaplah kau bersujud di lantai pertama langit
Tetaplah kau ruku di lantai kedua langit
Tetaplah kau duduk bertasbih di lantai-lantai berikutnya
Atau tetap bersama di pundak-pundak manusia
Menulis cerita-cerita apa yang diperbuat mereka
Atan tetap menetap dalam tanah-tanah kubur
Bertanya dan menyiksa bila jawabannya salah atau tak terjawab

Tapi aku ingin kau ada di hati-hati kami
Orang berharta, orang lemah juga orang-orang bernoda
Agar Allah mengundang kami ke surga

MASIH CINTA

Tak perlu memberi dengan sepenuh harta
Karena sepenuh hati yang diminta
Tak perlu kau bunuh diri karena cinta
Cinta adalah nyawa, nyawa adalah karunia
Sungguh tak pantas kita menjauh
Sedang cinta begitu memburu kita
Apa yang dapat kita tepiskan
Selain malu mencintai seorang suci nan sempurna
Darah tetap memerah, tulang tetap putih
Hanya saja jalannya bertambah cepat
Tak sabar mata melihat dan hati mengungkap
Bibir malu bicara, tapi gelagat sudah berkata
Kau punya cinta yang membara, hujan tak bisa padamkan
Kau manusia yang tak bisa mengelak dari cinta
Tapi berilah putihnya tulang pada darah
Agar darah tak begitu memerah
Agar cinta tak begitu membara

25 Juni 2009

DI BAWAH JANJI

Ingatkah kau, aku berlari menghampirimu
Sedang aku tak tahu kau dimana
Kusimpan janji itu di antara pergantian hari
Agar dia tak dapat memilih mana hari-harinya
Karena setiap hari aku harus berjanji
Untuk terus menunggumu di tempat yang sama
Sekali pun aku tak bisa hentikan sujudku
Kusimpan satu janji pada sajadahku
Kusimpan satu janji pada pakaianku
Kusimpan dua janji pada mataku
Kurebahkan janji itu saat tertidur
Bila sudi, kau penuhi undangan janjiku
Tulang-tulang rusukku pun akan mampu berjanji
Di antara kesabaran dan takut kehilangan
Sadarkan aku saat tak mampu lagi berlari
Sadari, aku selalu cinta akan malammu

24 Juni 2009

TERSIMPAN

Sekian lama ingin sekali semakin menjauh
Dari apa yang tak kau mau
Dan apa yang selalu aku khawatirkan
Sebuah kejadian yang membuatku menyesal
Karena sekian tahun aku menunggu
Aku tak mau mutiara ternyata hanya lumpur putih
Siapa yang mua bertahta di lubuk hati
Setiap warna hanya semakin butakan mata
Berputar menjadi cakra warna, putihlah dia
Dan namamu ters kusimpan tak kukatakan
Bacalah isyarat mata dan dengar detak hati
Ada sandi yang menulis teka-teki itu
Jawablah dengan jujur
Semoga ada teka-teki yang sama di hatimu
Supaya kita dapat saling mencari
Sendiri pun akan kulakukan pencarian itu

24 Juni 2009

DUA KEBISUAN

Ruang hampa hanya ada biola dan gitar
Tiada dawai tanpa senar
Mengunci nada-nada di sebelah keheningan
Tak ada yang berani memulai orchestra
Sampai kapan melodi mereka tertahan diam
Ada banyak musisi menunggu derai getar senandung
Perlahan ada suara-suara petikan
Ritme dari sebuah ungkapan
Melayu, dengan bahasa-bahasa pujangga
Ada puisi yang tak terbakar
Nimat didengar, redup setelah sunyi
Sajian dua kebisuan bertahun mati
Akhirnya membuka semua harta dalam hati
Kita akan temukan sebutir perhiasan
Yang terbuat dari petikan dawai kita

24 Juni 2009

TAK ADA DAYA

Hikayat ini bukan legenda, bukan drama
Sakitnya sempurna, tak ada pengandaian
Bukan cerita bukan dusta
Air mata sungguh jadi wakil kesedihan
Cinta sungguh mewakili rasa
Aku berbisik

23 Juni 2009

HARUMKAN NAMANYA

Jika sudah mati aku tetap mengenang
Dua hati yang tak mungkin hidup
Selalu ada rahasia menutupinya
Sedari dulu memang begitu
Merasa dan menyembunyikan sedetik waktu
Biar pergi ke samudera ditelan biru
Terbang dicuri cahaya, hilang
Sampai kita bertemu lagi di sana
Entah dengan siapa kau bersanding
Puisiku tak mampu mengundang ragamu
Pagi itu aku merasa mati
Malam itu aku merasa hidup
Lalu siapa jadi hati, siapa jadi benci
Aku hanya ingin mengerti tanda-tandanya
Tak perlu meraba jemarinya
Cukup mengenal namanya

23 juni 2009

SEJAK SAAT ITU

Maka aku harus mencapai pada hakikatnya
Tak sekedar bertemu dan merindu
Ada banyak waktu dan lembar kisah-kisah nantinya
Maka aku harus menjawab semua janji
Tak ada niat matikan api uang sudah menyala
Biar terang, akan tetap kujaga nyala redupnya
Maka seharusnya aku tak pernah pergi
Tetap menuliskan doa-doa cinta padanya
Tetap ruku dan sujud dengan segenap haru
Maka aku biarkan dia pergi saat aku kembali
Karena cinta, diri kuat diterjang bencana
Karena cinta, diri tak kenal sakit, hanya merasa cinta dan cinta
Neraka saja sanggup disinggahi
Namun surga lebih pula dicinta
Sebagai tempat terbaik mencintainya

23 juni 09

KUPU-KUPU

Aku pikir aku selalu rindu sayap-sayapnya
Setiap musim semi aku selalu menunggu
Hari ini, besok, atau selamanya
Aku ingin tetap dapat setia menunggunya
Dadaku berdebar ketika dia datang
Kepakan sayapnya membuatku ingin selalu berdiri
Musim semi besao, aku harap masih mampu menunggu
Biar saja hujan dan panas berlalu
Mereka menyiksaku pun aku rela
Asal musim semi masih jadi bagian musim
Sadarkah aku bahwa akan tak mampu berdiri
Biar saja, sambil berbaring di pemakaman pun di sana tetap kutunggu
Semoga kupu-kupu sudi mampir di pemakamanku

22 juni 09

SABAR KARENAMU

aku tak perlu berlari mengejar itu semua
tak perlu aku memeras hati, meminta manusia
cukup duduk dan berkuat cinta padaMu
sujud dengan sebenarnya rasa hamba
bersungguh memuji dan meminta padaMu
aku tak harus ada pendamping cinta
cukuplah hati ini dengan air mata tahajud
puaskan aku untuk selalu dekat denganMu
dari manapun kau datang, aku menunggu
aku mengundang setiap malam
setiap hari aku menungguMu, temui aku!
Jadikan aku pecinta sejatiMu
Tak berpura tak bersandiwara
Bukan karena surga atau neraka
Tapi karena aku hamba dan aku cinta

22 juni 09

ANDAI

andai aku bisa menghapus namanya
andai aku bisa meredam rindu ini
andai aku bisa menghentikan kalimat memujaku
andai aku bisa tak sebut namanya di sujudku
andai aku matikan bayangnya
tapi dengan apa?
Aku tak semampu itu
Jadi, jangan kau katakana juga cinta itu
Namamu akan makin buat aku melayang, melangit
Rindu ini terbawa bersama rindu dan matiku
Memuji dan memuja itu akan semakin menghambakan aku
Sujudku adalah pintaku pada Tuhanku akan jiwamu
Jangan juga kau merindu
Rindu itu buat hati galau siang malam
Aku me
15 juni 09

DI SANA

Menghadapi satu ketentuanMu
Sambil berbuat apa yang Kau mau dan Kau tidak mau
Bangunkan aku, malam itu membuatku jadi pendusta
Berkata cinta, tapi tak teteskan air mata
Berkata cinta, tapi punya cinta lain
Aku hadir di setiap undanganMu
Kulakukan apa yang Kau mau
Harta, jiwa, dan waktu kuberikan tak sepenuh hati
Tapi terimalah, nanti aku bekerja lagi
Menyembunyikan jiwa hamba, aku jadi kerasukan
Haus harta, gila cinta
Penghujung malam biar saja bersaksi
Aku di sini belum mampu ke sana
Di sana ada hal yang sebenarnya aku mau

15 juni 09

BERGANTI

berganti hati tak mengganti rasa
siang dan malam, tak bergeming aku menunggu
terik dan angin, tak membuat hatiku lapuk
aku punya berjuta alasan untuk tetap doakanmu
aku punya berjuta tujuan mengapa kau harus bersamaku
aku punya beribu kelemahan yang butuhkan hadirmu
aku tak punya rasa selain cinta
kau masih punya alasan mengapa harus diam
membuatku sedikit pun tak ragu akanmu
tentang janjiku, kembali kutancapkan tiangnya
kukibarkan bendera merah di puncaknya
aku masih punya ruang hampa di hari-hariku
datang dan penuhi itu
semakin lama semakin aku punya alasan
mengapa harus mencintaimu
aku bartahan, aku menunggu setiap hari

15 juni 09

MARI MEMBERI

Jangan semua yang kau punya hanya ada terus di tanganmu
Sedikit saja, lepaskan dia, hakikatnya bukan milikmu
Jangan ragu bertanya pada anak-anak kita
Uang saku mereka, makan pagi dan malam mereka ada di berangkas kita
Jangan malu menyapa anak-anak kita
Di stasiun, kolong jembatan
Dan tempat bertahan hidup lainnya

13 juni 09

BELUM HILANG

Seribu kata berdusta berulang-ulang
Pergantian hari tak bisa samarkan gelap dan terang
Jarak tk bisa pisahkan dua hati
Malam tak bisa sepenuhnya membunuh cahaya
Siang tak mampu menimpa gelap dengan sempurna
Selalu ada perlawanan dari apa yang diharap
Hati punya cinta dan benci
Setiap pilihan bukan berarti tak inginkan yang lain
Lalu dimana kesempurnaan rasa
Semua hanya mencoba menutup-nutupi
Rela itu ada sakitnya
Maaf itu tak bisa bakar kesalahan, bayangnya
Kerena itu aku tak mau seperti itu
Ada saatnya cinta akan benar-benar hilang

13 juni 09

IKHLAS

Dia meminta aku pergi dan jangan kembali
Sekuntum mawar sudah kugenggam
Siapa yang bisa menjaganya agar tetap hidup
Tanah mana yang bisa diharapkan suburnya
Aku akhirnya pergi tanpa ada lagi ingin kembali
Aku sakit, aku berat menerima alur cerita ini
Harusnya sesuai dengan scenario tanganku
Berjalan apa adanya tanpa adanya drama
Ini sudah jadi nasib
Semua bukan akhir, tinggal kita dapat mampu menerima
Biar saja mata menangis, lidah tak bisa bertutur
Sesuatu yang besar adalah keikhlasan
Melangkah pergi sepanjang jalan dan mengukir pasirnya
Sepanjang pantai sampai ujungnya tak ada lagi pepasir putih

3 juni 09

UNTUK KEKASIH

Dalam menjagamu aku pisahkan nyawa dan raga
Membutakan sebelah mata, melemahkan detak jantung
Mendamba bukan hal yang harus dipertaruhkan
Mendayung saja sampai ke pulau
Mendakinya bukan lagi peluh keringat
Kau tabur pertanyaan yang tak dapat kujawab
Memintaku sebagai hamba menangis terus menerus
Menelan semua ketentuan dengan rasa manis
Syukurku akan hadirmu tak bisa buatkan cerita
Puisinya selalu tersembunyi, syairnya malu-malu
Hanya lewat penyesalan kuampuni diri
Juga dengan tetap bersujud merintih dosa
Agar aku dapat kuat dank au bisa tersenyum
Merah darah dan terus mengalir
Gambaran cinta dan penyesalan
Semoga bunga-bunga itu tetap wangi

3 juni 09

MENGULANG

Menguap, mengudara, dibawa angin
Yang lalu kusembunyikan di kertas tertutup
Kutimbun dengan hari ini dan masa depan
Biar dia habis dimakan waktu
Aku tak lagi peduli denganmu
Hanya dia persembahan cinta
Bunga-bungaku adalah dzikirku
Hanya menyebut dan tak ingin mendekat
Biar dia tahu betapa aku cinta
Dari satu kata yang diucap
Cinta lahir dengan segera
Aku ingin temani dengan cara yang berbeda
Ini adalah evaluasi
Harus lebih mudah
Tunggu sampai aku selesai berpikir tentangmu

19 mei 09

MERAYU CINTA

Ingin kuajarkan bagaimana cinta merayu
Lewat diam dengan tulisan bahkan kematian
Rayuan surga sering membuat kita tidak sadar
Seribu emas tak menggemingkan cinta
Dia hanya diam lalu perlahan menjauh dan hilang
Sedang kita akan terus kecewa dan mencari-cari
Mencoba lagi meraba, menerka siapa yang datang
Pertanda kita belum puas dengan seribu cinta
Menginginkan satu cinta paling besar
Padahal dia ada di dalam dada
Berbisik lewat malam, langit dan angin
Kau tak perlu merindu dan mengejar
Semua sudah ditentukan
Kita tinggal menjalani dan mensyukuri
Dia ada, cinta abadi
Siapa yang bisa mencinta
Dialah pecinta satu cinta

18 mei 09

SURAT

Cinta itu ada sebelum aku lahir
Menunggu …
Pembaca yang dirindu siang malam
Sampai mati terus kutunggu
Apa maksudnya surat-surat itu
Kumpulan kisah, tanda, juga sandi
Menuju rasa yang sempurna
Semoga dapat kubaca dan kuhafal
Di mana saja letak kata cinta tertera
Semoga waktuku cukup untuk menjamah seluruhnya
Memungut cinta di antara cinta lainnya
Surat-surat itu membuat selalu menangis
Meratapi sesuatu yang baru saja terjadi
Menangisi ketidaktahuan masa depan
Semoga dapat kusimpan surat itu
Sampai mati

12 mei 09

Rabu, 21 Oktober 2009

TERBAIK

Manusia mana yang pernah membuat puisi terindah
Komposisi kata dan rasa tepat sempurna
Pengukir mana yang ukirannya menyamai rongga-rongga bumi, teratur, kokoh, tak ternilai harga
Fisikawan mana yang dari tangannya lahir sebutir atom berdentum dua planet
Syair mana yang lebih bagus dari ide malaikat
Indah, terbaik, dikumandangkan di jagad raya
Lalu, seperti apa dia

12 mei 09

TAHUN BERIKUTNYA

Di sini dan di sana sama saja
Sama-sama tak bisa bertemu
Hanya sekilas, sama-sama bisu
Tak punya kata-kata dab keberanian bicara
Aku susun kata jadi rangkaian kalimat
Lalu jadi surat, di sana ada kata hatiku
Butuh bertahun
Mungkin tahun depan

6 mei 09

HARUS DILUPAKAN

Janji-janji, sumpah setia, kata-kata indah
Takkan selamanya, akan pudar dan harus hilang
Ditelan kenyataan hari ini dan akan datang
Dulu saling mencinta dan membenci
Hari ini atau besok, hati tetap bukan milik kita
Ada yang memutarbalikkan, harus diterima
Akan nampak satu kebenaran tanpa penyesalan
Biarlah berlalu, kita hanya bisa lanjutkan cerita
Bukan kita yang lahirkan ide cerita
Bersanding saja dengan yang terpilih
Dan lupakan yang tersisih
Bahkan sekalipun dia tetap ada di pikiran
Jantung ini terus bernyanyi
Nadanya sama
Hidup ini terus ada
Iramanya indah karena beragam nada

6 mei 09

MIMPI-MIMPI

Setiap hari kita ditaburi kenyataan
Tak bisa mengelak dari nasib yang ditentukan
Setiap kia punya keinginan, harapan, cita-cita
Atau itu hanya mimpi dalam kenyataan
Terjadi hanya dalam alam khayal kita
Setiap hari dejavu
Berulang tanpa berdiri nyata yang diinginkan
Kita mengingat-ingat mimpi apa tadi malam
Padahal itu masa lalu dan sangat tidak nyata
Lalu apa gunanya Tuhan ciptakan mimpi
Atau sebenarnya ada tapi tidak harus kita alami
Seperti derita, ada tapi siapa yang mau mencicipi
Tak seperti yang kita inginkan
Bumi hanya bagian kecil dari perputaran jagad
Maka bergeraklah sebagai salah satu makhluk dari jutaan system yang ada

6 mei 09

BENTANG SUJUD

panjang sudah bentang waktu kulalui
tinggi sudah, dosa menjulang setinggi mata memandang
hitam sudah, fitrah manusia ternoda
lemah, putus asa, bila aku tak membaca cintaMu
ingin mati segera, perkenankan dalam kedalaman sujud
kirimkan aku malaikat dan air mata
sertakan juga malam dan kesyahduannya
agar panjang cintaku meraih cintaMu
agar tinggi derajat dengan ilmu, amal, dan iman
agar hitamnya dosa dapat kubakar
agar aku kuat dan siap mendatangi batas waktu
batas dunia dan akhirat
sertakan hidupku bersama sanak keluargaku
kau lebih tahu cinta mereka
kau lebih pantas membalas
usia kini, aku hampa
datanglah mengisinya!

4 mei 09

USIA

panjang sudah bentang waktu kulalui
tinggi sudah, dosa menjulang setinggi mata memandang
hitam sudah, fitrah manusia ternoda
lemah, putus asa, bila aku tak membaca cintaMu
ingin mati segera, perkenankan dalam kedalaman sujud
kirimkan aku malaikat dan air mata
sertakan juga malam dan kesyahduannya
agar panjang cintaku meraih cintaMu
agar tinggi derajat dengan ilmu, amal, dan iman
agar hitamnya dosa dapat kubakar
agar aku kuat dan siap mendatangi batas waktu
batas dunia dan akhirat
sertakan hidupku bersama sanak keluargaku
kau lebih tahu cinta mereka
kau lebih pantas membalas
usia kini, aku hampa
datanglah mengisinya!

4 mei 09

KIAN DALAM

Siapa yang bisa dustakan sabda?
Bila aku jauh, seperti apa hatimu kasih?
Duhai engkau bunga mekar malamku
Rantai hatiku pada waktumu
Jangan biarkan aku mengakui sabda lain
Dalam setiap malam kau buat aku tersiksa merindu
Kian jauh engkau, kian kucinta
Kian lama aku menunggu, kian membaja setiaku
Kemana lagi bisa kulabuhkan sisa umurku
Mengadu dan bersujud bersamamu
Jangan buat aku menangis lagi
Jangan menjadi air mataku sebelum aku mati
Senandung rinduku kian merdu, selaras dengan harapan
Kau di sana….aku menunggu.

4 mei 09

KAU HARUS PERGI

Ambil ceritamu, pergilah!
Aku bukan lagi penamu, pergilah!
Di sana ada yang perlu kau sambut, pergilah!
Di sini bukan tempatmu lagi, pergilah!
Rinduku masih hidup, cintaku mati suri, pergilah!
Semua yang kau harapkan ada di sana, pergilah!
Aku kecewa, itu harus kulumat, pergilah!
Tak ada lagi kataku untukmu, pergilah!
Maafkan kebodohanku, pergilah!
Pilihan kusandarkan, kau yang putuskan, pergilah!
Dunia tak indah tanpamu, pergilah!
Teruslah jadi sinar dalam malam, pergilah!
Teruslah jadi cahaya dalam siang, pergilah!
Tulis ceritamu dengan indah, pergilah!
Air mata dan doa jadi milikku, pergilah!
Kau harus tinggalkan aku, pergilah!

28 april 09

RAIHAN

Sungguh aku mau, aku rindu
Sejuta tahun pun akan kutunggu
Haruman mempesona, bumi terkalahkan
Dengan cara apa aku menunggu
Hampiri aku, aku hampirimu
Menyatulah dnegan segenap rasaku
Bawa aku ke sumbernya
Di sana ada kekasihku
Di sana ada rinduku
Di sana ada tangisku
Di sana ada ibadahku
Di sana ada bidadariku
Di sana ada darahkku
Di sana ada kantukku
Di sana ada harta dan nyawaku
Sebenarnya dengan sungguh
Akku kelu dalam rinduku

28 april 09

JUMPA LAGI

Kerangka hari mulai tegak berdiri
Kuning, sinarnya membuka mata
Menghidupkan yang mati, mencerahkan yang pekat
Sepoi angin lewat tanpa permisi
Gendering manusia ditabuh sampai siang
Debu, suara bising menggema dari hari ke hari
Dari hati paling suci tumbuhlah setitik terang
Pengabdian pada Tuhan, sujud mencium alam
Banyak yang sadar, banyak pula yang gila
Semangat jadikan kaki dapat berlari
Cinta jadikan hati bisa melangkah
Kami anak-anak mutiara terus bersedekap
Harga kami masih sangat murah
Ada saatnya kami harus pergi ke darat
Jadi buaian dan tontonan orang

28 april 09

MENGADU

Kau tahu apa yang Allah turunkan hari ini?
Hati yang baru tentang mencintaimu
Seorang yang baru, pengganti kepergianmu
Kau tahu keadaan sahabat-sahabatmu?
Mereka tak pernah kau bayangkan, mereka beda
Mereka berdiri di atas dan bawah kita
Kau tahu apa yang diungkap dalam hari-hari?
Surga dan namamu disandingkan
Tak mau lagi kunjungi dirimu, kau tak berkata
Nyawamu jadi mati, titisanmu datang kembali
Kami hidup tanpa kesempurnaan
Kau pergi
Saatnya nanti, kita duduk bersama lagi

27 april 09

SAMPAI JUMPA

Akan terus kuingat warna hidupmu
Melukis sebuah kisah di masa lalu
Simpan cerita itu sampai akhir
Sampai kita mati, hilang, jadi debu
Akan kuingat semua wangian harian
Juga janji yang belum ditepati
Saatnya bertemu nanti, semoga kau lebih indah
Sedang aku tetap menunggu atau sudah melaju
Bila saatnya bertemu, jangan ingatkan kesalahanku
Aku malu, aku ragu, dan bisa mati
Bila kau mau lakukan sesukamu
Aku bukan sayapmu, bukan hatimu lagi
Sendiri adalah pilihan kita saat itu
Maka bersandinglah dengan pantas
Hiduplah dengan cinta
Hiduplah, kuatkan mereka

27 april 09

BUMI

Dan segalanya jadi milik kita
Terletak di hati, di tangan, juga di pikiran
Harta, langit, tumbuhan, udara, sel
Hijaunya, birunya, indahnya, harmoninya
Tak ada yang perlu diminta
Segalanya adalah milik kita, punya kita
Merusak dan membunuh masih jadi milik kita
Tertanam dalam hati sedalam-dalamnya
Semua pergi, tak sudi kita jadi empunya
Hitam datang, sepi kembali, panas tiba
Indah hilang, hijau pudar, air menguap
Anak bumi berkeringat, naasnya banyak kematian
Segalanya jadi pertaruhan
Saling rebut lahan hijau
Nyawa bumi yang tersiksa

27 april 09

MALAMMU

Sakit kubayangkan hadirku saat nanti
Ada undangan, ada sajian, ada mempelai
Ada yang datang, ada yang pergi
Kau berdiri, aku berdiri, dia berdiri
Malu …
Sudah …
Tak mau kubayangkan lagi

26 april 09

MEMUJI

Cerdas, cantik
Aku pernah nikmati pagi hari di hutan
Melihat sinar menembus sela-sela daun
Kubayangkan kau ada di ujung jalan
Suhu di gunung bisa mencapai minus
Rumput hijau kulihat putih bersih
Lidah juga jantung menjadi kaku saat itu
Begitulah bila mencoba lempar salam
Lebih baik menikmati dari kejauhan
Aku tak tahan akan dinginnya hati
Biar saja kubingkai jadi cerita

26 april 09

TAMU

Aku datang tak mengetuk pintu, beri salam dalam hati
Tak perkenalkan diri, tapi aku tahu sedikit tentangmu
Jangan tanya alasan aku datang
Aku ini pemalu yang punya sedikit keberanian
Dua atau tiga tahun lagi hatiku akan berkata
Kuharap kau akan sudah tahu
Apa yang akan ditanyakan
Dan jangan ada dilemma menjangkit pikirmu
Jawaban itu bukan sesuatu yang diharapkan sekali
Karena aku sudah siap dengan dua jawaban yang berbeda, sakit dan senang
Pilihan yang kulontarkan
Keputusan ada padamu
Takkan kuperjuangkan kehendak hati
Tapi bidadari menolak cintaku
Dengan cara apapun kubuat dia mencintaiku

26 april 09

SEBATANG POHON

Alam sedang tidur dengan kegalauan
Sebatang pohon masih setia menjaga
Saat terik, serangan matahari dipatahkan
Saat malam, bertandang banyak makhluk Tuhan
Dia yang tersisa, keberuntungan membuatnya masih tegak hidup
Kawan pergi, dibunuh, diperkosa manusia
Keperawanan masih utuh, dia cantik
Tunggu saatnya kehormatan itu hilang
Direnggut topan atau hujan
Mati tanpa izin kepada alam yang sudah dahulu mati

26 april 09

TERTIDUR

Bila aku berdoa `jangan beri kantuk`.
Apakah salah?
Karena hidupku ingin selalu secara sadar ingat akanMu
Hidup sadar karenaMu
Bekerja dan belajar bersamaMu
Mengakui indah semua namaMu
Penjarakan diri setiap malam dalam shalat dan pengakuan diri yang sejadinya hina
Bila kantuk tak bisa dilenyapkan selain dengan tidur
Pintaku hanya satu
Jadikan aku sadar dalam mimpiku
Agar semuanya sempurna
Walaupun mustahil kulakukan
Sebab itu jantung ini terus berdetak
Takut siksa dan takut Kau tak sudi
Melihat wajah dan dosaku

25 april 09

FALIHAH

De`, mau dengar ceritaku yang baru?
Nanti kutulis di lembar buku harianku
Kau baca dulu Quran sebelum baca itu
Kau tahajud dulu sebelum baca cerita itu
De`, mau tidak bertemu denganku sekali lagi?
Lihat aku tanpa beban melepas namamu
Rasakan tulusnya hati doakan masa depanmu
Lihat senyumku, aku takkan berkata, diam
De`, kau masih gemar menulis?
Ucap Bismillah agar tintamu jadi sabda
Tulis yang bermakna, sejarah atau masa depan
Jangan ragu tuangkan isi hati dan pikirmu
De`, kau mau kuundang di hari kematianku?
Syaratnya jangan menangis
Jika mampu, buat aku tersenyum akan hadirmu
Antar aku ke batas tanah perpisahan
Doakan aku bertemu kau dan Dia!

25 april 09

EMAS

Megah, mewah, indah, cerah, istimewa
Kau tampak surga buatan manusia
Semoga kau membuat malaikat tertarik datang
Mencatat setiap niat dan langkah
Memeriksa setiap ruku dan sujud manusia
Kau tampak kokoh dan seperti mustahil dapat roboh
Kau undang manusia mengunjungi tubuhmu
Merasakan indahmu, merasakan isi ruangmu
Layaknya aliran darah, berputar dan hidup
Wahai kubah! Kumandangkan dzikir kematian
Jangan mau diinjak agniya sombong
Atau orang miskin yang anggap kau malaikat Isrofil
Kau hanya gubuk di mata langit
Mudah terbakar, hangus, mati
Beserta kepingan emasmu

25 april 09

PUISI INI

Beragam budaya dari belahan bumi manapun
Sarinya kuperas lalu kunikmati, sangat khusyu
Menikmati harumnya, lembutnya, kasarnya
Beragam manusia kuajak tumpahkan ide
Kata-katanya, kebiasaannya, pujiannya
Biar jadi satu puisi, sebait pun taka pa
Tanda aku hidup, kalimat terus ditulis
Segala puisi kuberi tanpa kau pinta
Terima saja, sebagai cinta atau benci
Kau balas dengan diam pun aku terima
Karena nikmat Tuhan yang besar
Adalah bisa mencintai karena-Nya
Puisi tak buat aku kecewa
Hanya sabdaku yang lirih

25 april 09

RAHASIA ITU

Bersembunyi dalam cahayamu yang indah
Karena aku adalah titik hitam
Masih titik hitam yang malu berikan cahayanya
Kelak kau yang tak bisa bersembunyi
Cahayaku mengejar siang dan malammu
Seperti itulah aku
Karena aku tulus cinta padamu
Walau rindu itu belum kumiliki

25 april 09

BERDIRI DAN BERNIAT

Sebelum melangkah, setalah terbaring, maka belajarlah untuk tegakkan tubuh
Berdiri dan berdoa agar tetap tegak
merunduk dan pandangi asal muasalmu

24 april 09

LUKA

Malaikat sedih meratapi nasib tubuh ini
Matanya melihat jelas luka luar dan dalam yang kita sembunyikan dan tampak
Dari kepala hingga ujung kaki, bencana itu melukai semakin kejam
Di kepala tampak kriminalitas yang memerah
Bertebaran di setiap sel saraf otak
Di dada ada luka generasi yang bodoh dan jahat
Di tangan ada longsor dan banjir
Di kaki ada pemerintah yang tak amanah
Tubuh ini terbaring tak ada yang peduli
Ikuti kemauan kaki, sama saja bunuh diri
Percayakan generasi muda
Dapatkah dipercaya?
Kepala jangan lagi diajak kerja sama
Jalan buntu sekarang

24 april 09

RASA

Kita punya tingkat rasa lapar yang kita ciptakan
Merogoh saku kapan saja, lapar pergi
Ada manusia mengusir lapar dengan keringat
Atau bertahan pada tingkat lapar yang semakin meningkat
Lapar yang kita usir, ternyata menghampiri mereka yang sedang lapar, tambah lapar
Semakin kuat kita, semakin lemah mereka
Semakin kuat pula sombong yang ada
Makin meradang pula rasa acuh itu
Makin mati rasa dan buta saudara
Kita kumpulkan uang, kita tindas mereka, caranya mudah
Hanya dengan tidak memberi

24 april 09

TITIK PERTAMA

Selamat pagi!
Kau belum berangkat pergi?
Bangunlah saat sunyi masih menjajah
Pintamu adalah kenyataan
Air matamu adalah rindu yang mengalir
Lempar auramu untukku
Dengan nama apapun kau sapa aku
Aku akan menoleh dan menghampirimu
Walau jauh dan jalanan gelap
Kucari gerai rambut kekasihku
Membalas setiap kebisuannya
Membayar penantiannya
Aku lunasi dengan bukti
Memberi dan berdoa

BERPETUALANG

Sampaikan salamku pada nabi Adam
Apa yang dia peroleh dalam pencarian Hawa
Adakah semua itu bisa menjadi tantangan?

Sampaikan salamku pada nabi Nuh
Dari mana jiwa petualang bahari dia dapatkan
Sebuah kejadian yang pertama dan hanya sekali

Sampaikan salamku pada nabi Yusuf
Apa rasanya beriman dalam penjara
Telusuri negeri dengan wajah tampan

Sampaikan salamku pada nabi Muhammad
Petualangan beliau sudah dibukukan dan dibaca
Jadi rujukan dalam pidato dan orasi missal

NODA MUSIK

Dulu …
Semua orang suka musik
Nada indah, sebatas hiburan dalam kepenatan
Iringan aktivitas siang atau bersantai saat malam

Sekarang …
Banyak orang dijajah musik
Nada keras, cengeng, lirik penggoda, goyang birahi
Kesetanan missal dalam lindungan musik
Musik sering kali meminta tumbal dalam penampilannya
Musik jadi kotak-kotak amal yang digalang setan
Musik berubah fungsi jadi jabatan
Bumi diguncang musik
Iringan kesetanan dalam kesenangan

Adakah yang ingin memcuci nodanya?

TENTANG KESERAKAHAN

Sudah banyak adzab turun karena keserakahan
Situ Bagendit di Garut adalah fenomena dongeng
Seorang yang kikir lalu Allah beri dia banjir
VOC runtuh karena monopoli yang tak kenal hati
Akuntansi dijadikan sebagai senjata nuklir
Nuklir meledak sebelum dilempar
Qorun ditelan bumi bersama harta-hartanya
Keserakahan sudah melembaga dalam jiwanya
Dan negeri ini selangkah lagi menuju adzab penghabisan
Tanda-tanda keserakahan sudah banyak tergambar
Dapat dilihat dari diorama bergerak bangsa ini
Kemiskinan dan bencana adalah reaksi dari aksi serakah
Tinggal menghitung beberapa dosa lagi di masa mendatang
Kata `bangsa` akan berevolusi jadi `bangsat`

PAGI INI

Nampaknya langit menangis saat pagi baru muncul
Seperti tak pantas menangis di permulaan hari
Matahari belum tampak
Mungkin sengaja memberi kesempatan langit untuk menangis
Tapi tak ada tanda hujan akan turun
Kali ini langit dan matahari saling merendah diri
Suasana jadi sebuah spekulasi tentang sebuah rencana
Tak ada manusia yang ingin diguyur hujan sejadi-jadinya
Agenda mereka lebih penting ketimbang menatap hujan
Biar saja turun, mereka tak ucap rasa syukur
Mungkin orang-orang Jakarta akan mengutuk hujan
Begitu tiap tahunnya, hujan tak pantas memercik aspal
Aspal tak mau bersetubuh dengan hujan
Yang ada hanya timbul batas kesengsaraan
Pagi ini hujan malu-malu untuk turun
Padahal pagi tak usah diajak kompromi

PENGGANTI

Wanita datang dan pergi tanpa pesan
Air mata jadi salam perpisahan, selamanya
Hadirlah suasana hampa tak menentu
Perahu ini tak seimbang tanpa navigator
Kami terombang ambing ditelan takdir
Mengapa dia pergi tanpa sepatah kata
Memangnya kami ini apa
Bicaralah bila mau pergi
Kau licik, berlari demi jadi bidadari
Lalu siapa pengganti di kerajaan ini
Setidaknya kau pernah berdoa untuk kondisi ini
Posisi kau kini kosong
Akan kami tunggu datanya utusan
Seimbangkan biduk ini

MUTIARA

Saat benda itu ada, hanya bagai kerikil di mataku
Putihnya tak menggoda hati untuk menyentuhnya
Kilaunya tak silaukan mata
Aku tak mau membuat kotak emas untuknya
Biar saja berada di meja kamar
Saat aku sama sekali merasa tak memilikinya
Ada yang mencurinya
Mejaku jadi tampak aneh
Mataku mencari-cari benda itu
Hatiku menyimpan rindu padanya
Aku tak bisa berbuat apa-apa
Di saat semua indera menginginkan hadirnya
Mataku menangis
Tanganku ingin menyentuh
Mataku ingin silau karenanya
Di mana mutiara itu
Mengapa ada penyesalan sekarang

KAU TETAP CANTIK

Walau tak sepenuhnya aku cinta
Dapat kuhargai dirimu paling cantik selama hidupku
Kecewa, kuhadiahkan untukmu saudaraku
Kecewa, itu pula yang kau rasa melihat hidupku

Saudaraku, bisumu meninggalkan nada yang berbeda
Sepatuh jiwa kau renggut lewat tangis akhirmu
Saat itu kau sangat cantik, bidadari kupandangi
Aku menyesal, pergi dari apa yang kau harapkan

Sebuah kata maaf kau dengar, aku yakin itu
Sebuah kehadira, kuyakin kau tahu aku datang
Kecewanya aku, kau tak menyapa
Menyambut kedatanganku dengan kepergian, itukah cintamu?

Hidupku dan hidupmu kucoba meramunya
Agar saudara kita tak lagi menangis
Kau cantik saudaraku
Bersihkan dirimu!

Perjanjian kita, kau ingat?
Bertemu di pintu singgasana terindah, surga

15 April 2009

WAJAH-WAJAH BARU


Bumi berikan kesempatan lagi
Tanahnya masih bisa dipijaki kaki
Langit setia menaungi tanpa perjanjian
Udara masih hadir tanpa harus kita giring
Matahari tak padamkan sinarnya, untuk kita

Wajah-wajah surga sudah turun berulang
Berjalan bersama, melangkah menuju masa depan
Tak menoleh ke belakang, hanya ke samping kiri dan kanan
Cari tahu siapa teman seperjalanan
Adakah mereka meninggalkan atau terus menyertai kesejajarannya
Mencoba merangkul pundak agar seiring
Meceritakan apa saja yang sudah ditemui
Mereka banyak macam dan ragam
Kesempatan ditebar di sepanjang adanya nyawa manusia

Untuk itu tak usahlah takut kau kehilangan
Terus saja mencari dan berdoa
Masa depan kian terang dengan memandang

Harus kita pilih satu kesempatan

15 April 2009

TINTA BARU

Setelah satu malam dikagetkan kabar itu
Kuletakkan pena, tak kunjung menulis
Sedih, kecewa, senang, bahagia, menyesal
Semua menawarkan untuk mengisi hatiku
Kuterima semua…sesak kudapat

Dalam sujud kurendahkan emosi, gejolak cinta, dan dendam
Kukumpulkan hidup, optimis, semangat, dan keyakinan
Kuperas otak dan doa agar mengalir tinta baru

Tinta yang takkan lagi mencatat namanya
Tinta yang mencatat semua kejadian kecuali tentang dia
Dia telah membeli tinta baru yang lebih menarik warnanya
Biar saja begitu, tintaku beda warna dengannya

Hidup tanpa bayangan dia
Hidup tanpa harapan padanya
Tanpa kabar dan tanpa sapa yang dulu pernah ada
Hiduplah dia dengan semua pilihannya

Sedang aku belum tentukan kemana aku mencinta
Banyak pulau belum kutapaki
Banyak laut belum kuseberangi

Baca buku belum kutelan kalimat ilmiahnya
Banyak langit belum kupandangi
Banyak gunung belum kudaki

Sementara itu kenangan jadi kekuatan
Berdampingan dengan tekad masa depan
Tanpa dia…

Sementara itu, teman adalah kata yang abadi
Hanya teman, bukan sahabat, karena aku sedikit kecewa
Hanya bila dia tanya, akan kujawab tanpa banyak bicara
Semua akan sangat wajar
Masa lalu membuatku terpesona dan gila
Hitamnya menghalangi pandangan

Aku hidup untuk keluarga yang kucintai, sangat
Dia hidup untuk orang yang dia pilih, semoga tepat

15 April 2009

SAYANG!

Saat kau percaya sepenuhya
Aku berpura lepas dari janji
Manahan itu saja cukup menyakitkanku
Entah apa alasannya aku simpan dan sembunyikan bingkai
Agar sejenak tak hadir wajahmu di pelupuk matamu

Saat aku ingin jujur
Aku terlambat
Kau sudah ambil satu janji lagi
Saat aku tahum aku menyesal

Sayang sekali!
Aku harus telan ludah sendiri
Aku kehabisan alasan tentang itu
Aku kehabisan jiwa untuk tidak merasa semakin mati
Aku, sayang sekali

Semoga aku dapat kabar yang indah dari langit

14 April 2009

INI RINDUKU

…..
….. wanita
…..sehat memeluk ragamu, semoga selalu
Aku…..
…..malu…..
…..jangan…..siksa aku…..
Izinkan aku dengar bahasamu
…..
…..
….
…..
…..
Rindu…..
…..
…..tetap saja kau disana…..
…..
…..
…..kau tak pernah sudi menunggu….
Siar saja….
…..aku akan pergi tanpa pamit…..
Aku tetap….
Kau tetap….
…..terserah padamu!

17 maret2009

KAK!

Tak sempat anganku tentangmu terjadi
Kau menghapusnya…
Tak sempat aku jelajahi dunia
Kau berhenti di awal langkahmu
Belum sempat wajahmu kukenang
Mataku menangis memperjelas senyummu

Allah…
Berikan aku beribu bukit terjal
Kudaki dengan sisa nyawaku
Tiap langkah menanjakku adalah semangat hidupnya

Perempuan yang kian indah di sujud tahajudku
Sungguh dia bidadari bagiku
Sedang aku hanya onggokan tanah kering
Malu aku melihat kisah hidup

Sedap nian, lama kucabik rindu
Agar dia bahagia dengan izinMu

FARAH

Tegakmu kukira tiada rapuhnya
Kau sembunyikan derita di balik tawa
Apa itu adalah rahasiamu
Lalu kenapa itu kau sembunyikan

Lalu lewat apa cinta dapat diungkap
Bila kau tertidur lupakan masa lalu
Kiamat yang mampu membangunkanmu
Bila kau dapat bermimpi
Mimpikanlah aku dalam nyataku
Karena harapanku tak seperti jasadmu sekarang
Tetap hidup di dadaku

Setiap pagi aku mengingat
Hanya pusaramu yang terbayang
Bersama bingkai wajah sepimu

Semoga dapat kuberikan pemantik
Agar kau bertambah cahayanya
Kenalkan aku pada semua citamu
Agar tetap hidup harapanku
Menyebut namamu di depan namaNya

17 Maret 2009

GADIS DI TIMUR CIANJUR

Sebutir mutiara dihempas angin
Kian berputar, kilaunya membuat dia tampak lebih putih
Berjuta debu menyingkir membuka jalan
Aku tak mau hilang kesempatan
Izinkan kilaunya menusuk kedua mata
Apa daya aku tetap malu

Apa daya
Melempar lagi cinta rasanya sudah tak mampu
Mampuku kalah diserang malu
Rindu tak membantu

Dia bawa kerikil pantai
Membagi kilau
Kerikil tertawa aku cemburu

Dia semakin dekat atau menjauh
Aku tak tahu dan tak peduli

Sebab akan kubayar dengan cinta
Waktu dia menjual benci

13 Maret 2009

ADZAN KEMATIAN

Jangan pernah kau berharap nyawamu masih terbentang
Belum tentu itu terjadi sedetik setelah sujud akhirmu
Gelap gulita dan terang benderang selalu kau dengar
Tiap hari, ka terus memanjati pohon berbuah dolar dan rupiah
Sengau suara dari radius terdekat sampai paling jauh
Kau dengar
Itu bukan sangkakala, bumi ini masih lama hidupnya
Napasnya belum tampak tanda kelelahan
Kecuali makhluk durjana di dalamnya yang alergi pada kematian
Menghindar bahkan sudah lupa dia punya hanya satu nyawa
Kau dengar suara itu tak terhalang sinar dan gelap
Mungkin saja Izrail yang kumandangkan itu
Bukan muadzin di langgar-langgar reot milik negeri ini
Jadi, jangan coba-coba ka berdusta dalam shalat
Jujurlah dalam doamu
Deklamasikan dosa-dosamu dengan rintihan dan tanpa kemunafikan
Allah dan malaikatNya selalu setia jadi pendengar
Titik akhir dari hidupmu mungkin tak sampai iqomah dilantunkan

12 Maret 2009

MUSTAHIL

Atau bila aku berkata mungkin itu hanya harapan
Jangan kau beranjak dari titik awalmu
Biar aku dapat pandangi bayanganmu dari segala sudut
Biar bayang itu bercampur dengan bayangan hutan angkuh ini
Biar aku tak sepi di dalamnya dan rakus menikmati udaranya
Agar pesonanya bisa kubagi padamu
Agar pesonamu kian indah dan kian tak terlihat

Maafkan pelukis ini!
Tak bisa sempurna memberi warna di wajah dan hatimu
Kau bukan objek nyata bagiku
Diam tapi sulit kutemukan
Itu yang membuatmu istimewa

Aku akan berhenti menulis dan melukis
Tapi kau tetap inspirasiku di kubur nanti

11 Maret 2009

BERDARAH

Di sela-sela aku memburu sinar
Mereka menyusup lewat rongga-rongga kumpulan daun
Malam tadi hujan datang
Jalan tanah jadi basah
Satu suasana kuambil segera
Menembaknya dengan kedua mata
Menambatnya dengan tali-tali syaraf otak

Siapa yang kau katakan aku tak peduli
Masih banyak hal yang perlu dianyam biar rapih
Tidak berantakan
Yang kuanyam adalah duri dan lembaran besi yang meruncing di tiap sisinya
Jika nanti jadi karya
Terimalah!

Jangan kira aku datang dan membungkusnya dengan bunga
Semua akan terlihat paradox
Yang kutawarkan bukan setetes air laut
Yang kutawarkan adalah air dari sisa-sisa gutasi di hutan itu
Sekilas ada keinginan agar kau datang
Menjamah isi hutan, mendengar kawanannya berpadu suara

11 Maret 2009

KUSIMPAN RINDU DALAM KEMATIANKU

Ada banyak suara bising merayu, pecahkan gendang telinga
Mendayu angin menghantarkan pesanan bidadari bumi yang panas ini
Sambil diam aku membayang
Mengumpulkan seribu dosa yang akan kubakar nanti malam
Biar debunya merantai dibawa angin, angin hilang hatiku tenang

Masih merayu juga suara-suara itu di tiap penjuru telinga
Semakin halus semakin mesra, aku semakin mati rasa
Layaknya pelampung diterpa angin badai, ombak desir kencang
Pelampung itu tak tenggelam, seperti tak ada yang menyentuhnya
Masih di atas gelombang, aku pun tak ingin terbang
Di sini terus mencari jawaban dari satu pertanyaan
Tak kukirim merpati bukan berarti rindu rindu tak ada di hati
Hampir mati aku menikmati rasa ini
Rahasia ini hanya untukmu
Bidadari yang tak dendangkan suara-suara merdu
Hanya gemulai berjalan dengan penari kehidupan lainnya
Menulis, menghafal, merekam deretan kata-kata siang malam
Sampai kapanpun dia pasti kujadikan sebuah karunia Tuhan
Kau tahu, siapa yang menderita hari-hari belakangan ini.

Kau tak punya batas kasihan dengan terus menyiksaku
Dengan semua kehampaan dan music kontemporermu
Nadanya hanya sepi
Tiap malam dan petang aku gubah semua isi alam
Jadi kata-kata dan lirik-lirik sengau
Jangan dulu kau dengar, belum sempurna rasanya
Nanti akan ada satu momentum di mana kau akan rasakan itu
Berjuta rasa yang berkecamuk dalam hati
Dijatuhkan topan, ditampar ombak, diputar angin, kadang menyesatkan
Nada itu ada setelah aku mati
Nikmati kematianku dengan caramu sendiri
Karena aku sudah mencintaimu dengan caraku sendiri

11 Maret 2009

SEPANJANG NIKMAT

Tadi malam hujan bercerita panjang sekali
Sepanjang malam terus ada mengiringi tidur
Seharusnya air mata kita juga iktu bercerita, lebih panjang
Sepanjang malam terus mengakui kesalahan tanpa harus diintrogasi
Sepanjang malam hanya ada dengkuran kelelahan karena mengejar harta
Mengejar pengetahuan yang menjadi bibit keangkuhan
Tuhan bisa saja membuat napasmu tak lagi bercerita
Menutup semua yang kau rencanakan besok dengan kematian
Lalu apa yang dapat kau ceritakan di kubur sana
Itrogasi bertubi-tubi datang, sepanjang itu pula palu malaikat bercerita
Lebih panjang dari kebisuan kita tadi malam
Meredam semua dosa yang tak kunjung selesai ceritanya
Sepanjang hidup kita, nikmat Tuhan selalu becerita tanpa titik tanpa koma
Kita lebih memilih membuat catatan kaki dengan identitas kebusukan
Cerita tak sebanding catatan kaki
Tuhan dan makhluknya tak suka memaca catatan kaki
Sepanjang nikmatNya ada pesan yang selaras dengan keinginan Tuhan
Untuk kita isa mengikuti alur takdir yang indah, penuh bunga
Rantai firmanNya membuat kita lancar mengeja cerita
Bahkan dapat meresapi lebih dalam, sepanjang cerita tanpa henti
Akhirnya rasa syukur dan sabar akan pula bercerita dalam waktu dan tempat yang sama
Di panggung hati dan sepanjang napas bercerita
Napas kita jadi segar, surga lebih menyegarkan

Berikan titik untuk setiap dosa yang sedang bercerita
Biarkan kehambaan memulai kembali kisahnya
Tuhan lebih suka dengar pengakuan tanpa batas kita
Daripada mendengar bisikan cerita setan yang melantunkan azab
Mengundang panas neraka dan mencegah wangi surga tersebar

Berikan kesempatan rasa syukur dan sabar selesaikan kisahnya
Sepanjang nikmatNya, sepanjang ujianNya, sepanjang hidupmu
Bidadari di sana menunggu cerita-cerita kita
Tuhan perintahkan bidadari berbisik menceritakan penantiannya
Seorang hamba yang merampungkan sebuah cerita dengan syukur dan sabar
Tuhan tak peduli apakah itu cerpen atau novel
Selama Tuhan membaca sambil tersenyum, dia akan pasarkan ceritamu
Kepada bidadari surga, hingga mereka cinta mati padamu

Nopember 2008

NYAWA

Kita punya dua nyawa yang begitu melekat di tubuh
Ruh dan cinta kita pada sesuatu yang membaja dalam hati
Menulis adalah nyawa bagi penulis
Saat dia tak menulis, saat itulah dia sedang berada dalam kematiannya
Bisa profesi, sosok, khayalan, atau Pencipta yang diyakini
Bahkan kita selalu mencari nyawa lainnya yang dapat membuat hidup lebih terasa
Lebih mendalam menelusuri arti hidup yang hanya sebatas umur yang ditentukan
Tak bisa dikira, diduga bahkan diambil keputusan kapan hidup berakhir
Yang penting mencari nyawa sebanyak-banyaknya biarpun semua tak sempurna
Ada pula yang setia hanya pada dua nyawa saja
Idealisnya harus sempurna, sederhana tapi sangat bermakna tak berujung
Hingga tak ada celah kosong yang ia lewati
Terus berkarya dengan nyawa yang ada
Atau membantu orang lain yang masih mempunyai satu nyawa
Agar dapat nikmati hidup dengan jalan perjuangan panjang yang lelah
Hanya satu tujuan, sempurnanya hidup dengan dapat memberi
Semakin banyak memberi akan semakin banyak yang diterima
Semakin banyak diam,semakin banyak yang acuh
Semakin bernyawa, kita takkan mudah kecewa
Tak takut kehilangan nyawa satu per satu
Ataupun sekaligus
Karena Allah menjamin kita diberi satu lagi nyawa
Di akhirat sana akan hidup lagi, bahagia, dan menangis (menjerit)
Tergantung apa yang kita perbuat dengan nyawa yang sekarang

SEPASANG

Kalian adalah pasangan baru, pria dan wanita
Mahasiswa yang merasa seakan cocok bila hidup menyatu
Semua hanya sekedar dugaan belaka, belum pasti itu tadir kalian
Hai wanita… jangan ulangi lagi kesalahan Hawa
Jadi perayu Adam untuk melanggar rambu-rambu surga
Pemimpinmu bukan pria yang paling pertama nyatakan cintanya
Mungkin kau akan mencintai manusia di kutub utara sana
Hai pria… jangan jadikan tergodanya Adam sebagai alasan
Hawa jadi seperti pemimpin yang harus diikuti kemauannya
Kau bukan manusia yang paling kuat, kau bisa berfikir untuk ribuan kali
Wanitamu bukan yang pertama kali membuatmu merasa cinta
Wanita saja wanita yang belum hadir adalah takdir baikmu
Hai … kalian berdua
Ingat sejarah nenek moyang kita
Adam dan Hawa dilempar dari surga ke dunia dan akan kembali ke surga lagi
Kalian … jangan … hati-hati
Dilempar dari dunia ke neraka dan tak lagi dipindahkan kemana-mana
Menetap di api yang hancurkan cinta kalian
Jangan sekali-kali lagi kalian saling menatap, berpegang tangan
Tersentuh seujung kain pun jangan sampai
Istimewakan hubungan kalian dengan cinta
Bukan dengan nafsu yang hanya mengandalkan logika

MEMULAI

Hari ini banjir menjumpai kita karena sengaja kita undang
Besok kita tanam satu milyar pohon untuk mengusir banjir
Mustahil lusa banjir angkat kaki dari pemukiman kita
Mungkin banjir pun punya adab bertamu, nanti dia pergi dengan perlahan
Banjir lebih tertarik pada akar yang diam bersembunyi dalam tanah
Daripada mengelus-elus kaki manusia yang tak pernah malu melangkah
Ke jurang pun mereka tak malu, ke tempat-tempat yang memalukan juga
Manusia suka udara segar dan lembaran dedaunan, tapi belum cinta
Harusnya kita cintai dulu akar pepohonan sekuat-kuat cinta kita
Agar tak tumbang, agar wajah segar bumi tetap begitu indah dipandang
Agar… yang kita (sebenarnya) inginkan dapat mencintai kita
Bukan karena kita cinta, tapi begitulah aksi min reaksi
Tanam pohon, tanam cinta
Udara segar, wajah innerbeauty seorang kekasih akan hadir
Tanpa diundang, tapi dia datang dengan rasa merasa diundang
Bertahu, tunggu saja
Karena Sang Pencipta ingin kita berbuat, bukan merasakan hasil
Hanya saja usia yang jadi sandaran
Tapi hari ini harus jadi garis start kita untuk langkah pertama berlari
Sedang garis finish disembunyikan, berarti dia ada
Agar kita tak cepat merasa puas dan menentukan garis sendiri
Tugas kita menanam, berlari, mengejar, berbuat
Bukan menuai, berhenti, dihantui, dan diam
Lalu mati sia-sia

BEBAL

Secerdas apa pun kita akan kalah dengan emosi yang membara
Ingin merenggut, menjajah, memiliki dengan paksa apa yang bukan milik kita
Mengatasnamakan kebenaran terselubung kecerdasan
Menjadi satu-satunya teori yang paling benar dan harus diterima
Tak peduli azab yang mengancam, cinta yang pergi, dunia yang hancur
Seringkali kesombongan kita menghancurkan benarnya rasa idealism
Jadi egois dan acuh pada suasana, keadaan, dan nasib sekitar
Yang penting orang bodoh menganggap kita cerdas
Dan orang cerdas turun harga dirinya
Begitu yang terjadi pad temanku dan mungkin juga pada masa laluku
Hingga aku harus membakar semua naskah pentas teater hidupku
Menulis lagi dari intro yang penuh darah, kantuk, pil pahit, dan …
Tapi tak tahu dengan seorang atau beberapa orang kawan lama
Keras kepala mereka, rasa minder, malu, tapi tak mungkin karena egois
Yang membuat mereka semakin jauh dari pusaran persahabatan yang kami buat
Dengan lirik lagu, makan bersama, canda hina, main bola, juga pertengkaran
Biar jauh dari pandangan hati, tapi semoga tak jauh dari Sang Pengawas
Kami mencoba melipatgandakan besarnya pusaran itu
Tapi belum juga tercipta, belum juga tercipta, akan tercipta
Sampai dunia dan akhirat pun akan tahu
Bahwa abadi itu bukan mustahil
Mustahil itu bukan sulit
Hanya butuh kesamaan langkah kaki
Juga penataan warna perbedaan yang rapih

APA

Mungkin ini yang pertama dan menjadi bayang-bayang
Tiga tahun terus menuai konflik dan menuai kemesraan
Kau dipenjara cintaku, aku dipenjara cintamu
Tak ada yang bebas, kita yang mengikat
Karena dulu sudah jadi penyesalan
Tapi belum kita tentukan rasa masa depan kita
Manis atau pahit kita biarkan sejarah itu
Berdua tak ingin terpisah, tapi setan juga tak ingin pergi
Setia menjadi pihak ketiga tiap kali kita hanya berdua
Kita jadikan dunia ini seolah-olah dunia yang disegerakan
Tapi, ternyata kita merancang sketsa penyesalan yang sekarang kurasa
Entah apa yang sekarang kau rasa
Sekarang istana masa depanku kumulai dari batu pertama
Mungkin istanamu sudah setengah jadi
Terserah kau saja, apa kau ingin hubungkan istanamu dengan milikku nanti
Aku sekarang dalam ketidakpastian
Tapi aku setia…

Selasa, 20 Oktober 2009

PAK ANDY

Berkacamata, putih, dan keribo hidup
Tandanya makhluk ini ada di depan matamu
Kejar dia, tangkap, paksa untuk mau bertamu di rumahmu
Tak usah sajikan apa-apa, dia takkan minta
Duduk dan paksa dia bercerita
Hunuskan pedang bila dia tak mau bicara
Perhatikan setiap rantai kata yang dia ucap
Biarkan dia telanjangi pribadinya
Karena banyak nilai yang masih berpakaian
Baut perjanjian dengannya
Antara dia dank au sebagai perwakilan bumi
Hanya satu yang harus dia lakukan
“Hidupkan semua yang telah mati”.

SEJARAH

Ada yang bilang “persetan dengan sejarah”
Hanya tinggalkan warisan berupa kemiskinan dan kepahitan hidup
Tak ada yang menyenangkan
Kemerdekaan hanya jadi beban generasi berikuttnya
Kemerdekaan selalu menuntut dan mengekang kesenangan
Lupalan sejarah!
Dia adalah pengemis kebebasan

Selayalaknya kita berbisik pada buku sejarah
Ucapkan terimakasih dan menyampulnya rapih
Merdeka itulah hidup
Berjuang itulah hakikat hidup
Organ dan tubuh berjuan adalah sakit dan sabar
Jadi, memang selalu ada dua kutub yang berbeda
Sudut pandang kita bukanlah sebuah kebebasan yang didapat dari kemerdekaan
Tapi sejarah apa yang ingin kit buat

ARAH

Ternyata mata angin tidak hanya delapan penjuru
Masih banyak yang belum ditemukan
Dan terkadang langkah kita menuju pada arah yang tidak jelas
Setiap penjuru memiliki ujung tujuan
Karena itu langkah kaki adalah harapan
Insting yang membantu menemukan penjuru mata angin lainnya
Selalu ada factor X dalam sebuah kausalitas hidup
Ada makna yang Tuhan sembunyikan
Kita hanay ditawarkan, bukan perintah
Untuk menuju arah yang lurus
Lurus bukan berarti mulus tanpa rintang
Ada kelokan atau lubang di tengah jalan
Arah ini sangat bergantung pada keyakinan
Benas salahnya tergantung kepercayaan

FILANTROPI

Bila di rumah makan kita memesan satu porsi nasi, sayur, dan lauk seta dua buah pisang
Lalu datang seorang anak mengemis, mana yang kita beri?
Satu porsi makanan atau satu buah pisang?
Atau ucapan maaf?

Bila didompet ada uang saratus ribu dan lima puluh ribu, di depan mata ada kotak amal
Mana yang kita keluarkan?
Seratus ribu atau lima puluh ribu?
Atau tak keluarkan sama sekali?

Bila kita adalah anak pengemis, mana yang kita inginkan?
Satu porsi makanan, pisang, atau uang?
Atau semuanya
Serakah!

BOGOR-KOTA

Dengan bermodal selembar karcis kereta seharga Rp 2.500 kita akan menyaksikan layar tancap, siarang langsung, sebuah documenter Tuhan, tentang saudara yang tak kita kenal:
Pedagang VCD bajakan, tukang Koran, pengamen, pengemis buta, pengemis yang menyapu kereta, pengemis yang sehat, pengemis dengan manipulasi organ cacat.
Rumah pinggiran rel, pasar, antrian kendaraan menunggu kereta lewat, penjual pulsa, orang kantoran, pedagang pakaian, karyawan mini market, anak sekolah, dan mahasiswa.
Saat kereta melaju, ada tanah lapang, kebun singkong, koloam ikan, rawa-rawa.
Awal pekan penuh sesak, berebut bangku, yang naik tak mau beri kesempatan yang turun.
Juga sketsa lainnya yang luput dari lensa kamera mata kita.

RUMUS

Banyak jalan menuju Roma
Bila ada garis Pythagoras, pasti jalu itu yang kita pilih
Banyak cara selesaikan soal-soal eksakta
Beragam rumus ditawarkan para penemu
Dari yang paling njelimet sampai yang sisakan tiga variable
Banyak teori dalam menebak suatu kasus social
Dari August Comte sampai Mc Graw Hill
Tapi tidak berlaku bagi permasalahan akhirat
Neraka dan surga masing-masing punya satu rumus
Satu variable yang tidak bisa diganggu gugat
Tuhan penentu dari sekian banyak variable yang kita perbuat
Baik dan buruk
Diridhai atau tidak
Carilah beragam variable yang sesuai
Lalu sederhanakan

STANDAR NASIB

Sebelum ayam bangun dia sudah berjalan
Menembus kesunyian yang akan dibunuh kebisingan
Berpuluh kilometer mengeja kegelapan
Demi bertemu teman sebangku dan guru miskin
Mampir shalat di langgar yang bercahaya obor
Mereka pandangi masa depan yang sedang sekarat
Tak tahu siapa yang seharusnya peduli dengan kebodohan dan kemiskinan mereka bertahun-tahun
Dimana denyut pendidikan dan hidup layak?
Dengan uang hasil pertambangan juga kekayaan bumi lainnya
Ada yang menghambat, pasti birokrasi bejat
Pagi tiba, mereka mandi di sungai yang juga menjadi haling rintang perjalanan menuju sekolah
Masa depan mereka ada di balik bukit sana

SOEHARTO

Yang mati,masih hidup, dan yang akan hidup
Semua tahu nama ini
Sejarah sudah terlanjur mencacat namanya
Tapi dalam banyak warna
Bapak Pembangunan mewarisi utang
Prmainan catur, dia memang raja
Semua harus menyelamatkannya
Padahal kemampuannya hanya dapat berjalan selangkah
Dia punya banyak pion yang siap dijadikan tumbal demi terus berjalannya mesin kekuasaan
Tapi tulang dan darah bukan nyawa kepemimpinan
Jatuh jabatan, jatuh sakit, jatuh pula rasa
Semoga keluarga dapat hadirkan matahari di saat hujan
Agar abu-abu mendung kalah oleh indahnya pelangi

TIGA WANITA

Mereka saling kenal, tidak begitu dekat
Hanya beberapa hari pernah ada dalam satu atap
Sama-sama mencoba bertahan hidup
Tapi rasanya ini seperti sudah direncanakan
Rentang waktu hanya sebagai nomor urut
Menemui kematian secara aritmatik
Satu per satu mulai pergi
Tinggalkan penyesalan mendalam di hati
Tanpa pesan, tanpa kata-kata terakhir
Pergi tak pamit, mereka pikir aku bukan manusia
Dipermainkan mengalami gejolak rasa ketidakpastian
Sedang mereka melangkah pergi begitu cepat
Satu per satu
Rencana siapa ini?
Kenapa aku tak diijinkan memberi kesan terakhir
Aku pecinta mereka

PENGAKUAN CINTA TANPA RASA

Hanya ada satu alasan dari banyak pertanyaan
Bila kita ditanya tantang aktivitas dpiritual kita
Haji, puluhan juta hangus, katanya untuk nyatakan cinta padaMu, bertamu ke rumahMu
Puasa, hanya menutupi rasa malu makan di siang hari.
Tapi katanya itu cinta karenaMu
Shalat, lima kali tak pernah luput dalam keseharian, hanya karena ada janggal bila meninggalkannya
Lalu dimana cinta?

PARFUM

Kulukis wajahmu dalam bentuk keharuman
Satu semprotan melempar imajinasiku ke belakang
Bertahun yang lalu kita pernah menghidunya bersama
Parfem itu adalah identitas masa lalumu
Tetap kubeli bila habis
Karena aku tak ingin kehilangan wajahmu
Tak peduli seharum apa parfum Perancis
Mereka tak bisa lukiskan wajah dan kehadiramu
Parfum itu adalah keharuman yang menumbuhkan rindu
Tapi aku tetap memaku diri tak menemuimu
Bukan karena kau tak lagi berharga
Karena itulah sebuah teka-teki
Biarkan rindu ini tetap menghidu wewangian
Jaga dirimu agar tetap harum

SEJARAH TINGGAL SEJARAH

Kita punya banyak kekayaan, abstrak dan konkrit
Berbentuk moral dan sebuah harta karun di langit dan bumi
Sayang, kita lebih memilih pilihan keduad
Timbulah tujuh dosa social itu
Moral dari sejarah begitu tampak menjijikan
Hanya perlu dikubur dan jangan pernah digali kembali
Anak bangsa ini lebih hafal nama artis yang sedang menjajah pikiran dan moral mereka
Nama pahlawan yang hadiahkan kemerdekaan sudah tak ada di sekat-sekat sel otak mereka
Ternyata mereka salah mengartikan kata merdeka
Merdeka adalah kebebasab bernada positif
Terjajah adalah kebebasan bernada negatif
Atau sebuah perintah dengan penindasan
Persetan dengan semua itu
Sejarah bangsa kian lama menguap
Dasar generasi bajingan

ANDAI KITA MASIH DIAM

Katanya malas menjadi alasan utama
Atau alasan tak mau menonjol di antara teman
Mau jadi orang biasa saja, katanya
Justru orang yang cacat saat ini adalah orang yang biasa
Dunia sudah membuat standar baru untuk bisa hidup
Diam itu tak bernyawa
Beranjaklah dari posisimu saat ini
Maju atau naik, hanya ada dua pilihan
Kejar dunia yang selalu mencuri start sebelum kit siap
Garis finish harus dipijak
Dan pemenangnya belum ditentukan
Masih ada waktu untuk dapat berproses, tapi tidak banyak
Satu detik adalah bagian dari satu tahun
Satu langkah bagian dari suatu cita-cita

PENGKHIANAT DIRI

Saya senang membaca buku, terutama buku-buku dari penulis yang sudah menjadi tokoh nasional
Senang rasanya membaca pikiran mereka, mereka cerdas, think out of the box
Seketika saya tahu ternyata ada dari mereka abaikan masalah agama dengan alasan kebebasan memeluk agama, saya terhentak
Ada kekecewaan, tnyata ada satu nilai spiritual diabaikan, tertutup oleh nilai intelektual
Terkadang saya benci dengan intelektual dan emosi
Ada yang merendahkan orang bodoh
Ada yang menipu orang kaya demi uang
Penulis hanya menggambarkan jalan pikiran yang ada dengan sebuah kode
Seharusnya kode itu bisa dibaca kembali oleh hati mereka
Agar mereka tahu bahwa mereka benar-benar cerdas

SULIT

Hidup ini tak punya peraturan yang pasti
Tak ada jadwal yang harus dipenuhi
Keseharian kita berantakan
Sedang waktu tetap berlalu dengan rapih
Bila ada semangat perubahan dalam hati
Dua hari sudah akan redup
Kita tak punya bahan bakar yang memadai
Pertahankan apai yang bergerak melingkar di hati
Supaya terus ada perubahan
Supaya dunia tak bosan melihat statisnya kita
Dinamika mutlak harus ada
Tak ada satu pun benda langit yang diam
Mereka diam, kiamat datang

SHALAT

Bukan sebuah drama teater yang digelar lima kali sehari
Kita berperan tak seperti keseharian yang dilakukan
Kita tampilkan gerak, mimic, dan intonasi yang ditentukan
Sujud, ruku, takbir, bukan sebuah alur
Ayat Al-Quran sengaja dijadikan scenario
Sepertinya teater kita menarik perhatian Allah
Didalamnya juga ada doa sebagai pertunjukan pamungkas
Itu hanya sebuah legalitas dari sebuah ibadah
Salesai salam, pertunjukan tutup
Aktor kembali pada sifat liar mereka
Panggung sandiwara pun ditinggal pergi
Kerena banyak urusan lain yang lebih penting
Memang itulah shalat kita selama ini
Wajar saja bangsa ini hidup dalam kepura-puraan
Shalat yang jadi tiang agama saja hanya jadi sbuah kebutuhan tersier sebuah rumah
Shalat bukan lukisan, tapi tiang

AKU MASIH CINTA

Tidak seperti romantisme lainnya
Aku punya banyak cara berbeda untuk mencinta
Sedana kau ingin aku mencintaimu sewajarnya
Seperti orang lain bercinta, di mana dan kapan saja
Maka wajar bila kita terpisah
Aku membenci mereka dan aku
Aku hanya merasa berbeda dari yang lain
Madu dan minyak wangi adalah symbol cintaku
Buka bunga dan ciuman nafsu
Kau tak kulupa, kau bukan sejarah lama
Dalam setiap sujud
Aku berusaha menyebut seratus nama
Sembilan puluh Sembilan namaNya dan satu nama pendekmu
Semoga aku bisa diterima keduanya
Dia dan kamu

RUMAH SAKIT

Megah, mewah
Dindingnya kokoh, catnya bersih indah
Mobil dan motor sering penuh di tempat parkir
Dibangun tentunya dengan dana yang besar
Dalam kemegahan dan kemewahan
Ribuan orang terbaring tak berdaya
Sakit semua, sebuah pandangan pesimistis
Tapi ada penjenguk dan hanya coba menghibur
Itu harapan pertama
Harapan kedua adalah dokter
Dokter kalah jumlah dengan orang sakit
Setidaknya ada harapan sembuh
Tapi entah kapan
Ya, begitulah saya memotret bangsa ini

BIDADARI SAKIT

Berjalan semakin lambat saja
Tapi dia tetap ingin maju ke depan
Pertama saya mau minta ijin untuk masuk ke surag
Walau hanya beberapa menit
Saya lihat dia tetap cantik
Sakit tak pudarkan pancaran air sungai surga
Putih ta k pucat seperti tak sakit
Kulemparkan sebuah cerita
Dia balas tentang suasana surganya
Jangankan cinta, kata suka saja tidak saya katakan
Semua berjalan dalam kerahasiaan
Sebenarnya saya malu menghadapi dia
Tak lama saya ijin pulang
Semoga bidadari bisa lagi kelilingi surganya
Agar tak sepi
Agar saya dapat kembali

CINTA LAGI

Jangan kau tanya kenapa terlalu lama aku diam
Bersembunyi dari yang pernah kita jalani
Tak selamanya kita bisa membuat janji
Jutaan janji bisa saja menawarkan kita harapan
Ada yang indah ada yang pahit
Jika kau mau akan aku katakan
Jika tidak, aku jadi tak punya pilihan
Aku harus tinggalkanmu, tetapi aku tetap cinta
Atau untuk sementara aku harus sembunyi lagi
Menunggu betapa siapnya kau akan perjanjian
Kita tak punya waktu berhenti di tengah jalan
Apalagi berpisah sebelum tujuan
Sampai mati aku bisa bersembunyi
Sampai mati aku tetap cinta
Tak ada benci

FARID MAULANA

Aku malu bercerita tentang dia
Karena aku kalah dan tidak bisa menerima itu
Aku tak bisa tidur dalam satu kontrakan dengan teman lainnya, satu kamar, satu dapur
Aku tak bisa membakar tubuh berkeliling mengais rezeki dengan gerobak dagangan
Aku tak bisa sabar menjalani proses kehidupan
Dia raja bagi kerajaan yang dia bangun
Dia direktur dari perusahaan yang dia pegang
Dia pemenang di antara kalangan pekerja keras
Dia sedang menunggu dalam di atas puncak sabar dan syukur
Dia tak keluhkan sepotong daging busuk didepannya
Dia pendaki aspal terhebat yang kutemui
Dia …
Aku bangga jadi temannya

SEBAGAI CERITA SEJARAH

Sebut saja dia sebagai seorang pengkhianat
Mencoba meraba hati setiap musuh
Meminta semua persenjataan untuk dilenyapkan
Agar tak ada perang
Tapi setelah ini dialah yang memulai perang
Agresi yang kenal rasa kemanusiaan
Otak anjing ras mana yang mereka pakai
Lumpur kandang babi lebih bersih dari hati mereka
Ada darah mengucur dari dahi sang bocah
Terdengar, terekam teriakan yang mengenaskan
Teredam oleh dentuman misil-misil mereka
Peluru jadi catatan
Korban hanya jadi pakan anjing lapar
Bagi mereka ini hanya cerita
Begiku ini adalah dendam

NILAI KEJUJURAN

Dulu kami punya banyak kepingan itu
Berupa emas dan banyak dimiliki orang
Lalu kami tabung sebagai investasi anak kami
Karena harga dari perjuangan akan terbayar di masa depan
Dari perihnya sebuah kesendirian akan dirasakan
Bagi mereka yang tak mencari kepingan itu
Kepingan itu tak bernilai dnegan ukuran valuta
Tapi kami tahu itu adalah sebuah kekayaan
Kemewahan dari seorang hamba yang dipersemkan pada Tuhannya
Nilai kepingan itu kami harap masih berlaku dan jadi harga diri
Bukan jadi kepingan yang bisa ditukar mata uang lain
Kepingan itu jangan diperjualbelikan

MENGHILANGKAN HARAPAN

Ada kanvas yang masih putih di dinding
Cobalah ambil kuas dan cat air
Bubuhkan titik hitam diatasnya agar mendominasi
Lalu pajanglah di ruang kamar tidurmu
Baca apa maksud titik hitam itu
Tak ada warna lain selain hitam dan putih
Jangan kau hitamkan kanvas lebih dari itu
Sama saja kau melenyapkan putihnya kanvas

BANGKIT!

Kalau kemarin kau nyenyak tidur
Hari ini adalah titik awal perjuanganmu yang akan menggerogoti jam tidurmu
Membaca, meneliti, dan menulis
Kau harus terus tumbuh, berdaunlah rindang
Hijaukan hitamnya alam, berdiri di akarmu sendiri
Lalu berbuahlah, manislah, berhargalah
Tegakkan lehermu, panjangnya aral sejauh mata memandang
Tentukan titik tujuan di depan danmelangkah
Jangn dengar bisikan yang membuatmu menoleh
Titik tujuanmu akan jadi samar
Sesekali berlarilah, jalanmu adalah istirahatmu
Bukan dengan berhenti
Jangan hitung keringat dan detak jantungmu
Yang kau tahu adalah harus bangkit
Menatap dan konsentrasi

CERITA PENDEK

Aku memanen kalimatmu dari buku harian kita
Tidak langsung kutelan, aku panaskan tiap kalimatnya
Mereka sudah tak hangat untuk dinikmati
Kuambil kenangan jadi kayu bakarnya
Air matamu jadi segelas penyejuk hidupku
Sambil terpejam aku eja kata-kata itu
Membayangkan sesosok manusia yang pernah kukagumi
Dalam pejamku ada sinar yang menyilaukan
Kubuka mata nikamati lagi kenyataan
Aku hanya dengan tuliasanku
Buah dari kejujuran hati masa lalu
Sekarang bukan dahulu
Cerita itu akan aku akhiri
Dengan sebuah penantian yang setia
Sampai jumpa di titik akhir paragrafnya

JANGAN MEMINTA DENGAN DIAM

Sudah puluhan kali aku mencoba untuk kembali
Setelah sejenak diam tak dekatimu
Ada banyak isyarat, tanda aku masih cinta
Cerdaslah dalam membacanya
Tapi pandangan mata itu berbahasa lain
Memintaku berlari hampiri tempat dudukmu
Tapi raut wajahnya tak tampak senang atau sedih
Datar …
Itulah tanda tanya bagiku
Sedang pertanyaanku satu pun belum terjawab
Jika meminta, bicaralah dan perintahkan aku mendekat
Jika menolak, bicaralah dan perintahkan aku menjauh
Jangan balas isyaratku dengan pertanyaan itu
Tulis saja di buku harianku

RAMAI

Lagu-lagu kenangan
Surat-surat cinta
Rekaman pembicaraan
Foto-foto masa lalu
Benda-benda hadiah ulang tahun
Minyak wangi
Bayangan romantisme lama
Bayangan perpisahan
Sajak penuh sindiran
Buku-buku dan kaset-kaset
… ramai dalam kobaran api
… ramai-ramai lenyap jadi
… ramai hati menangis
… ramaikan semua sep

MAAF

Aku belum sempat hadir lagi
Mengetuk semua pintu-pintu
Membawa sejumput kenangan dan buah tangan
Tapi jangan kunci pintu-pintu itu
Sesekali hanya bisa kupandangi
Keberanian untuk mengetuknya lagi belum terkumpul
Nanti saja, sampai aku temukan saatnya
Tapi tolong buka pintu itu bila aku ketuk
Tiga ketukan tidak terbuka, aku akan pulang
Mencari pintu yang belum terkunci

UNDANGAN KEMATIAN

Biar saja kau tak rindu
Sudah ada angin memberimu

DEBU DAN DEBU

Kujajaki lagi lembaran itu
Meniup usangnya penuh debu
Kubuka lembarnya penuh derita
Tak mungkin kembali seperti dulu
Ingin kubawa cerita baru
Menawarkannya dalam imajinasimu
Mengajakmu mendaki jalan baru
Sampai mati, mati berdebu
Kutulis harapan di seribu waktu
Kumulai dengan indah dengan hadirmu
Jangan pejamkan mata, bicaralah
Inilah sebuah sejarah, mulai diukir
Jangan pernah sadarkan aku
Betapa sunyi hidup denganmu
Berikan nyawamu, dampingi aku
Berlari dari khayal
Berdiri menantang debu

MATA-MATA

Menghidupkan semua nyawa dalam pikiran
Membuka pintu-pintu ketidakpastian
Melangkah perlahan sembunyikan suara
Berkulit hitam berbayangan putih
Menyusup dalam gelap, menyandera semua cahaya
Mencari gederang dengan menutup telinga empunya
Hingga malam tak dapat dibedakan
Pembatingan atau selimut keletihan
Setelah itu dia bongkar satu per satu saraf
Memutihkan celah dunia yang masih ada
Menyinari sela-sela keruntuhan peradaban
Menyusun bongkahan istaba lewat cinta
Sebuah nada memulainya berkisah
Pasukan sunyi menyebar dimana-mana
Kami menikamti pementasan itu
Kepura-puraan menjadi ide dalam drama.

NENG!

Siang tadi kau datang dengan bertanya dan tersenyum
Aku lakukan segala maumu
Aku tak berani menolak dan menatap matamu
Aku tak punya alasan untuk bicara banyak
Tak punya alasan bermurung durja
Pasang kesan senang dan sangat bahagia
Sebenarnya saat itu aku ingin tanya
Aku ingin cepat pergi tapi mendung datang

SEMUA DALAM MIMPIKU

Karana aku menghargaimu lebih dari diri sendiri
Aku muliakan seseorang dalam malamku
Kau kusebut

14 april 09

TITIK HITAM

Pagi itu tampak terang menyerang
Kit gelar tabir, menangkisnya
Bercumbu dalam diam
Merasakan besarnya cinta
Saling mengalahkan, semua menang
Terang makin terang
Aku pergi kau tetap berdiri
Aku pergi dengan dosa
Kembali dengan dosa
Pantas saja kau tak terima
Dosa jadi nyawa
Pasti mati

15 april 09

SAYEMBARA

Ada pangerang menangis darah
Sebab apa gerangan, tak ada yang tahu
Adakah yang hentikan tangis itu
Silahkan duduk dan coba menghibur
Jangan buat dia semakin menangis
Buat saja dia ceritakan alasan

15 april 09

LAGU DAN MUSIK

Hiruk pikuk dunia kian ramai
Bumi bernada, yang lain menatap
Ada pesta di planet bumi
Tak ada yang diundang
Ada suaravokal menembus langit
Buta semua manusia
Telinga mereka kian peka
Ada pesta di kolong langit
Ada dosa yang sudah siap dihidangkan

15 april 09

HILANG

Suara, nama, wajah, hilang
Kemana mereka?
Setiap hujan tiba kau pun menghilang
Lalu apa yang bisa aku lakukan
Selain merindu yang hilang
Selain kembali meraih yang dicinta
Dengan tulisan dan doa
Dengan menangis dan mengkhayal
Selain diam aku bisa mati
Darah bisa saja kukucurkan
Jantung bisa saja kuhentikan detaknya
Kalimat, bisa saja kupotong lidah
Langkah, tak bisa bila kau lumpuh
Bila aku gila, saat itu tak ada namamu
Selain menghilangkan dirimu
Apa lagi?
Semoga aku mampu

19 april 09

HARAPAN KEDUA

Memasung diri dalam penyesalan, itu gila
Menulis setiap penyesalan, itu gila, gila
Meratapi penyesalan, sangat gila
Meraih yang hilang, itu sangat gila
Mendamba yang tak dimiliki, setengah gila
Menanam damba, gila itu mulai lenyap
Menyiram damba, gila jadi normal
Menghidu damba, normal jadi harapan
Menebas damba, itu tambah gila
Terus-menerus menebas, gila, gila lagi
Berharap, gilanya jadi masa lalu
Berharap lagi, masa depan tanpa kata gila

19 april 09

RISAU

Matahari tak terbit
Sampan tak mendarat
Angin tak berhembus
Angkasa tak hitam tak putih
Sunyi, hampa, kosong, stagnan, buntu
Tak ada kabar, hanya suara lirih, katanya
Menyembunyikan angin, menyandera matahari
Bulan sangat malu menampakkan diri
Senja tak menguning, pagi tak berkabut
Di sini resah dan sedih berpadu
Jadi kerinduan
Air mata turun menyesakkan kisah
Sampai jumpa di risau berikutnya
Yang kau kirim

KEMATIAN PERTAMA

Kita diam tanpa alasan di tengah manusia lemah
Mencemooh mereka di tengah kaum agniya
Otak kita berputar cari alasan untuk tidak memberi
Selalu kita dapatkan alasan itu, selalu
Kita dikepung manusia dhuafa
Lalu, manusia apa kita?
Hidup tanpa menhidupkan
Hidup dengan tanpa kepedulian
Hidup dengan menindas
Diamnya kita adalah penjajahan
Diamnya tak memberi adalah penindasan
Jangan sangka diam posisi tengah
Berbuat dan memberi saja kita masih bisa dikatakan menindas

20 april 09

WEWANGIAN

Pagi, setiap datang matahari dari timur
Terbit namamu, nama baru, mengagumkan
Kita tidak punya sepenggal pun cerita
Hari ini hanya kerangkanya saja
Puisi dan esai akan bertumpukkan
Jadi buku, jadi cerita, jadi masa depan
Kau buta tentangku
Aku malu tentangmu
Pagi, kenapa kau tak juga datang
Memanggilku agar tersenyum padamu
Semoga besok masik panjang
Akan kukirim surat tanpa nama
Bacalah dan balas di buku harian
Akan kubaca nanti
Nanti, belum saatnya

24 april 09