Rabu, 21 Oktober 2009

BEBAL

Secerdas apa pun kita akan kalah dengan emosi yang membara
Ingin merenggut, menjajah, memiliki dengan paksa apa yang bukan milik kita
Mengatasnamakan kebenaran terselubung kecerdasan
Menjadi satu-satunya teori yang paling benar dan harus diterima
Tak peduli azab yang mengancam, cinta yang pergi, dunia yang hancur
Seringkali kesombongan kita menghancurkan benarnya rasa idealism
Jadi egois dan acuh pada suasana, keadaan, dan nasib sekitar
Yang penting orang bodoh menganggap kita cerdas
Dan orang cerdas turun harga dirinya
Begitu yang terjadi pad temanku dan mungkin juga pada masa laluku
Hingga aku harus membakar semua naskah pentas teater hidupku
Menulis lagi dari intro yang penuh darah, kantuk, pil pahit, dan …
Tapi tak tahu dengan seorang atau beberapa orang kawan lama
Keras kepala mereka, rasa minder, malu, tapi tak mungkin karena egois
Yang membuat mereka semakin jauh dari pusaran persahabatan yang kami buat
Dengan lirik lagu, makan bersama, canda hina, main bola, juga pertengkaran
Biar jauh dari pandangan hati, tapi semoga tak jauh dari Sang Pengawas
Kami mencoba melipatgandakan besarnya pusaran itu
Tapi belum juga tercipta, belum juga tercipta, akan tercipta
Sampai dunia dan akhirat pun akan tahu
Bahwa abadi itu bukan mustahil
Mustahil itu bukan sulit
Hanya butuh kesamaan langkah kaki
Juga penataan warna perbedaan yang rapih

Tidak ada komentar: