Selasa, 20 Oktober 2009

SHALAT

Bukan sebuah drama teater yang digelar lima kali sehari
Kita berperan tak seperti keseharian yang dilakukan
Kita tampilkan gerak, mimic, dan intonasi yang ditentukan
Sujud, ruku, takbir, bukan sebuah alur
Ayat Al-Quran sengaja dijadikan scenario
Sepertinya teater kita menarik perhatian Allah
Didalamnya juga ada doa sebagai pertunjukan pamungkas
Itu hanya sebuah legalitas dari sebuah ibadah
Salesai salam, pertunjukan tutup
Aktor kembali pada sifat liar mereka
Panggung sandiwara pun ditinggal pergi
Kerena banyak urusan lain yang lebih penting
Memang itulah shalat kita selama ini
Wajar saja bangsa ini hidup dalam kepura-puraan
Shalat yang jadi tiang agama saja hanya jadi sbuah kebutuhan tersier sebuah rumah
Shalat bukan lukisan, tapi tiang

Tidak ada komentar: