Rabu, 21 Oktober 2009

MEMULAI

Hari ini banjir menjumpai kita karena sengaja kita undang
Besok kita tanam satu milyar pohon untuk mengusir banjir
Mustahil lusa banjir angkat kaki dari pemukiman kita
Mungkin banjir pun punya adab bertamu, nanti dia pergi dengan perlahan
Banjir lebih tertarik pada akar yang diam bersembunyi dalam tanah
Daripada mengelus-elus kaki manusia yang tak pernah malu melangkah
Ke jurang pun mereka tak malu, ke tempat-tempat yang memalukan juga
Manusia suka udara segar dan lembaran dedaunan, tapi belum cinta
Harusnya kita cintai dulu akar pepohonan sekuat-kuat cinta kita
Agar tak tumbang, agar wajah segar bumi tetap begitu indah dipandang
Agar… yang kita (sebenarnya) inginkan dapat mencintai kita
Bukan karena kita cinta, tapi begitulah aksi min reaksi
Tanam pohon, tanam cinta
Udara segar, wajah innerbeauty seorang kekasih akan hadir
Tanpa diundang, tapi dia datang dengan rasa merasa diundang
Bertahu, tunggu saja
Karena Sang Pencipta ingin kita berbuat, bukan merasakan hasil
Hanya saja usia yang jadi sandaran
Tapi hari ini harus jadi garis start kita untuk langkah pertama berlari
Sedang garis finish disembunyikan, berarti dia ada
Agar kita tak cepat merasa puas dan menentukan garis sendiri
Tugas kita menanam, berlari, mengejar, berbuat
Bukan menuai, berhenti, dihantui, dan diam
Lalu mati sia-sia

Tidak ada komentar: