Selasa, 06 Oktober 2009

DOA-DOA MALAIKAT

Bila ada gambaran tentang wajahmu
Tak mungkin begitu biru rindu menemuiku
Biar kusimpan dalam sajadahmu
Agar dapat kau cium semua aroma itu
Telah kucoba mengajak iringan malaikat
Mereka datang padamu tanpa sajak milikku
Terik panas siang berpelangi
Sunyi malam beraroma surge
Wewangi tubuh bidadari
Kudapat dari ingatan seorang kekasih
Tak membagi cintanya dalam keterpisahan
Nyawa kita dalam kotak setia
Terus saja berjalan bersama anak-anak pagi
Beri sebungkus harapan setiap hari
Mereka menabung
Malaikat tak tahan berkata
Ingin melihatmu bahagia

BINTANG

Malam itu kami saling mengintai
Aku diam dengan tulisanku yang berserakan
Dia gusar dengan kerlipnya
Tetap di tempat masing-masing
Kami berharap ada yang mendekat
Sampai pagi tiba jarak kami tak berubah
Lagi-lagi kami saling mengintai malam berikutnya
Ternyata mendung coba hentikan pengintaian
Hujan akan membawa kabar
Dalam gelap maupun terang
Kabar baik dan sedikit kabar buruk

MEMBACA


Mati mengakui kebodohan kita
Duduk dan mengeja
Tak perlu ada teks untuk membaca
Keluarlah dan eja setiap gerak gerik
Mengapa bumi bertambah panas
Mengapa panas cintai tubuh kita
Mangapa tubuh malu mempunyai keringat
Lalu mengusirnya keluar dari tubuh
Membaca tak perlu dengan nada
Cukup resapi makna
Dan rasakan cerita-cerita terdahulu

BIDADARI TURUN

Masa bodo, hujan turun itu sudah biasa
Behkan terkadang ada penyesalan
Hujan pengganggu aktivitas
Pernah hujan hadiahkan beberapa warna pelangi
Bukan lagi hal yang istimewa
Sebab rintiknya masih tersisa
Tapi saat ini ada bingkisan dari langit berupa hidayah
Beberapa anak manusia memakai hijab
Pesona budaya asli Indonesia
Tak disangka bidadari turun dan berjalan-jalan
Bidadari surge tak kunjung berkurang
Pasti ada yang tak beres
Atau memang seharusnya begitu?

BERHENTI SEJENAK

Setelah berlari berpuluh kilometer
Selalu ada keringat yang harus diseka
Di setiap ujung malam harusnya ada doa dan tangis
Bukti keberadaan dan cinta hamba
Romantisme percintaan sarat nilai spiritual
Setelah membagi satu otak menjadi seratus masalah
Ada saatnya menikmati satu hal yang menyenangkan
Setelah menelusuri sudut-sudut bumi
Ada saat kembali ke kampong halaman
Karena selalu ada rasa rindu dan jenuh
Yang selalu menggoda untuk berhenti saat genting
Karena kita manusia
Punya rasa lelah dan ingin sejenak berhenti
Bukan menghindar
Tapi untuk merasakan satu sisi kehidupan yang terlewati

BIRU LAZUARDI

Di sini sendiri mencari bayang wajahmu
Mengumpulkan rasa rindu
Bertukar kata dan memelukmu
Singgasana surga kau raih sendiri
Kau curang
Renungan tentang hadirmu membuatku menangis
Kesempatan mencintaimu telah kusia-siakan
Aku berdiri kau terbaring bangga
Kenapa dulu tak sambut salamku
Hanya bisa menangis sebelum kau benar-benar pergi
Air matamu adalah pesan
Kepergianmu menuju satu warna langit
Aku punya puisi berjudul biru lazuardi
Membayangkan langit surgamu nanti

KAU WANITA

Aku punya cerita tentang masa depan
Setelah ratusan hari mencari inspirasi
Aku ingin rampungkan cerita ini
Dengan sepasang tokoh utama
Resapi setiap kata-kata dariku
Dengar aku lalu jangan sentuh aku
Tetaplah di situ
Berperan sebagai wanita yang kupuja
Belum sampai tingkat cinta
Sebab cinta itu beragam citra
Aku masih mencari cinta bercitra indah
Lebih indah dari yang dulu
Kau lihat saja setengah jiwaku melayang
Bila mampu kau terima
Semua jiwaku terbang
Dan ingin membawamu

MENULIS

Perlu akulturasi supaya lebih berestetika
Sebab banyak budaya tinggalkan cerita
Tentang eksistensi mereka terdahulu
Sebab mereka yakin ada yang akan membaca sejarah
Menilai mereka dengan lisan dan tulisan
Tubuh tak bisa bergerak sekehendak hati
Perlu banyak waktu, tenaga, biaya, dan sedikit pengalaman tentang seluk beluk negeri tujuan
Lewat sedikit pengetahuan hasil dari bertanya
Tulisan bisa kirim kabar dari manapun, kapanpun
Berupa ancaman atau perintah
Atau koreksi dari sebuah karya
Atau penyesalan terhadap sejarah
Atau cinta yang tak punya bahasa

KOTA

Istilah-istilah tentang dunia ada di sini
Katanya pusat kehidupan
Muara dari semua kepalsuan
Sarang kejahatan
Banyak trik untuk mencoba bertahan hidup
Strategi bertahan dari serangan kaum penjajah

Dampak terbesar dari sebuah egoisme
Melahirkan para penipu bejat berjas
Humoritas jadi tontonan banyak orang
Tempat melupakan tubuh-tubuh lemah di pesisir
Padahal lupa itu adalah awal kegilaan
Pada sekitar
Jangan lihat betapa indah negara jiran
Lihat saja dengan kepuasan setengah hati kota sendiri

PEDANG ALLAH YANG TERHUNUS

Lahir saat sedang mengingkari semua
Kecerdasan tak tik perang tidak bisa menjamin pertahanan imannya
Allah tanam bibit iman lalu tumbuh
Dia pernah bunuh ratusan hamba
Sekarang serahkan pedang untuk membela Islam
Tiap perang berharap syahid
Malah mati di permbaringan
Siapa generasimu sekarang
Bukan aku, aku aku belum mampu
Saat-saat dipentingkan lalu dijatuhkan
Tak ada rasa kecewa, sebab perang bukan milikmu
Perang ini milik Allah
Siapa saja bisa jadi panglima
Bangga dapat gelar dari Rasul
Apalagi ada nama Allah
Saifullahul maslul

IBU

Hari ini aku jauh
Temani aku dengan air matamu
Beri aku semangat dengan doamu
Nanti aku kembali
Cuci baju, rapihkan rumah
Tak lama akan pergi lagi
Sebenarnya senang bisa lihat kau tidur siang
Biar aku yang jaga warung
Kau ajari aku bagaimana mencari rizki
Bisnis dagang dan shalat dhuha
Kau ajari aku mencintai manusia lain
Demi Allah aku menangis saat ini
Terbayang kesedihan mendalammu saat dia pergi
Anak pertama di keluarga ini
Ibu ajarkan aku tentang kesetiaan
Maaf aku tak punya kata indah untuk gambarkan dirimu
Aku punya doa di sujud terakhirku

TEMAN SD

Malam tadi kulihat dua korban masih tak berjatuhan
Masih tegak sebelum cahaya benar-benar tak punya nilai kekekalan
Malam tak punya lagi nyawa
Kekebalan satu titik sirna tanpa sinar
Nita, teman sekelas saat SD dulu
Tak lagi seperti gadis lugu bermoral statis
Sudah, sudah, sudah, dan sudah jatuh di pundak anak Adam yang durhaka
Member punggungnya untuk gadis yang dia anggap bidadari berhati iblis
Gas dikencangkan, pelukan pun semakin romantis saja
Meredamkan nama mereka yang sudah tak lagi disebut-sebut penghuni langit
Tak banyak yang ingin kukatakan
Saat mereka melintas, sekejam apapun aku
Hanya ingin tertawa dalam satu bingkai hati
Sedikit pun aku malu, tak bisa timbul rasa cemburu
Aku sudaj paham apa yang diinginkan malam satu kisah itu
Dan terus berkisah dengan karya buruk malaikat , tapi ia jujur
Membacakan dan bercerita tentang apa yang terjadi
Disebut pula ada beberapa ekor semut jadi saksi dengan tepat
Detik sampai dasawarsa kesekian sudah jelas tercantum
Memang satu detik dapat jadi cerita seribu malam
Tak bisa berhenti sampai sujud mencoba menangkan pengadilan
Mumpung Nita masih muda dan masih banyak kesempatan
Sel otaknya belum tersambung semua
Masih dapat membuat cabang-cabang neuron
Masih dapat meluruskan cintanya

MALAM

Di tiap sudut tubuh malam ada beragam teka-teki
Dapat dibuat jadi sebuah lirik lagu atau novel legenda
Sebenarnya, semua sendi kehidupan alan mati di tangan malam
Walaupun masih ada saja yang separatis tanpa melawan gelap dengan cahaya
Tapi, mustahil mereka tak pernah mati ditusuk jarum kegelapan
Menikmati pameran lukisan di negeri tak berpeta
Terus arungi lorong aula sebagai tokoh pertama, kedua, atau ketiga
Atau hanya sebagai penonton terbaring dimanapun ia pejamkan mata
Malam akan tetap menjadi pembunuh ssetelah ia membunuh matahari
Walau hanya untuk menidurkannya saja dalam beberapa penggal dari hari
Tak kenal siapa lawan siapa, kapan dan dimanapun kawan tetap menjadi mangsa
Malam tak pernah mendata siapa saja yang pernah ia bius dengan jemarinya
Tak punya selembar pun kertas putih
Hanya tinta-tinta tak berguna terpanjang diselipkan di kantong
Bercokol terpajang tak ada yang perhatikan satu bola mata pun
Dibiarkan bagai sesosok tak berhati
Seperti pembunuh haus darah, lapar, kasat matanya tak punya ampun
Patut terpenjara oleh kata-kata
Tapi masih saja ada yang tak rela dia terbelenggu
Beberapa kurcaci bumi mencoba menyemarakkan malam
Dengan peluk iblis, bising canda setan juga manja penghuni neraka
Tak lagi membunuh dengan bius menidurkan
Tapi terlena terlepas dari pergerakan harmoni
Entah sampai kapan berakhir, semoga aku masih hidup

PENGEMIS PASAR MALABAR

Maaf, kau takkan pernah hafal wajah dan namaku
Maaf, aku tak beri sepeser pun rupiah di kantongku
Aku tak anggap kau pengemis, maka kau tak kuberi
Aku tak kenal namamu, tapi seakan hafal nasibmu
Menjelajahi pasar seharian
Ada banyak yang ingin kutanyakan padamu
Kemana suamimu?
Aku lihat perutmu membesar layaknya seorang wanita yang sedang hamil, bukan busung lapar
Kau tak nampak bertubuh kurang gizi
Wajahmu cantik, hanya saja tertutup oleh pandangan orang yang berbeda
Suamimu tak urus ekonomi keluargamu?
Suamimu bekerja sepertimu? Di pasar mana?
Pakaiannya apakah sama dengan yang kau pakai?
Setia melekat berbulan-bulan dari musim ke musim
Sarung tenun yang hancur jahitan bawahnya
Baju kumal lusuh, menjijikan
Mungkin harum bagimu, tapi tidak lagi bagi orang selainmu
Kulihat ada hal lain yang kau pertahankan dalam hidupmu
Berjalan, mencari buah-buahan yang sedah dianggap busuk oleh penjualnya
Kau tahu anak dalam kandunganmu butuh gizi yang cukup
Maka rasa malu pun hilang ditelan janin
Dari hari ke hari kutemui, seakan kau tak ingin merubah nasibmu
Atau kau merasa tak mampu
Atau ada yang memaksamu untuk tetap seperti itu
Ada pesan yang tak ingin kukatakan
“Keberuntungan hidup bukan diukur dengan nikmatnya makanmu
Bukan dari indah atau lusuhnya pakaian yang manusia kenakan
Bukan dari penuh tidaknya sangku beras di rumah mereka
Mungkin saja ada orang kaya yang merasa semua yang dimilikinya seperti berapi
Tapi mungkin kau merasa nyaman dengan pakaianmu saat ini
Buah busuk yang kau makan mungkin terasa seperti petikan dari surga
Kau rasakan saja nikmatnya hidup ini dengan cara yang berbeda
Beruntung sekali bagi kita bila dapat menikmati apa yang saat ini dimiliki
Bukan apa yang jadi khayalan
Dan perlu kau ketahui, kerasnya hidup akan kalah dengan kerasnya usaha untuk merubahnya.”
Semoga saja ada malaikat yang rela sampaikan pesanku ini
Mungkin saat kau sedang sujud dan melontarkan bermacam pertanyaan pada Tuhanmu
Malaikat menjawab dengan pesan singkatku
Sampai jumpa!
Ingin kulihat kau nantinya berjalan berpegangan tangan dengan suamimu dan menggendong anakmu

SELENDANG SURGA

Sebelum kau pergi untuk mencium bumi hingga kiamat
Kulihat tanganmu masih belum tertidur merajut selendang keramat untuk kau kenakan
Rajutan itu bukan dengan sepintal benang saja
Kau perlu jalani lumpur juga petir berbukit
Untuk temukan kepompong yang ada dalam khayal tinggimu

Wajah-wajahmu yang kuingat tingga bingkai dalam museum sejarah pribadiku
Nanti juga akan kurasa kepahitan dan kerutan dahi yang pernah kau rasa
Untukku berdiri di atas berapinya jalan hidupku oleh sengau suara dukungan dari kuburmu
Dengan nada-nada doa aku coba kirim surat
Bacalah dengan indra keenam, butamu sudah jadi bangkai mewangi

Tak akan pernah lagi kau sadari
Betapa gemuruh di dada terus merindu
Wanita penyulam di malam larut
Terus menyulam tanpa siapa tahu penerusnya
Namun, rajutanmu tak lagi ada yang boleh sempurnakan, karena sudah sempurna sejadinya

Kira-kira, kapan kau akan memanggilku lagi dengan kebisuanmu tentangku
Dimana kita akan dapat lagi berpelukan seperti hari raya yang selalu kita nanti
Siapa saja yang akan kita temukan nanti, setelah kau rasa ribuan tahun karunia dari Penciptamu
Kapan pun, dimana pun, dan siapa pun, ku ingin nantinya lebih mesra tanpa kebisuan untuk saling memuji
Tanpa ada rasa malu untuk lepaskan aura cinta yang mengalir deras ke atas langit

FAWNIA

Sesuatu yang berharga masih tetap ditunggu
Kehadiran dan tangisannya
Walau aku tak tahu bagaimana wajahmu
Walau ku tak tahu bagaimana mencintaimu
Yang ku tahu akan aku beri senyuman indah

SELING 13

Awan hitam menjaring matahari
Bumi pun gelap oleh sebab itu
Manusia masih dapat bersenda gurau
Setiap detik pasti ada yang terasa berbeda
Seperti itupun yang ku rasa darinya
Yang dapat membuatku bersedih hati
Menangis tak berair mata

SELING 12

Aku cinta berfikir daripada berbicara
Aku cinta berbuat daripada berbicara

Bungaku
Tanpa di aku serasa tak sempurna
Missing your smile
Missing your eyes
Missing your face
Missing your time
Missing everything on you
Nggak ada orang yang boleh melukaimu
Karena kau pun mempunyai duri-duri yang tajam
Sebagai pelindungmu
Begitupun aku adalah pelindungmu

SELING 11

Dua tubuh bertolak arah
Jauh sekali kembali waktu usang
Darah belum dapat mendidih oleh resah
Berkisah biasa berkalam apalah bisa, yang lampau
Terkaan kebenaran yang beda pada hati
Janganlah dihendak-hendak, kecewalah batin

Sentaklah hatiku, bangun dan sadar seiring merindu
Desiran rintik ari mataku, takkan pernah tertetes untukmu
Pun pernah ku dengar lembut deraian air matamu
Dari sanalah aku menyayangimu
Hendak bermaaf, tiada ingin karena malu dan sombong
Rasaku tak pernah panggil berharap mengemis hapus dosa
Takkan pula marah yang ku tahu hatimu tersenyum nan riuh

Gelik tawa berhambur dengan teriakan
Atap saat hujan, tenang hati baik laut
Yang tak menghanyutkan

Senin, 05 Oktober 2009

SELING 10

Aku ingin kembali ke masa lalu
Merubah yang sudah terjadi
Sebagai tanda penyesalanku pada diri
Sebagai tanda benciku pada orang yang mencampakkanku
Titik amarahku hamper habis
Ingin sekali aku bertingkah kasar pada mereka
Seandainya malam ini aku melihat mereka tak merangkulmu
Kejamnya amarahku
Takkan pernah ku menyakiti hatimu
Dengan senyuman
Hidupmu akan terasa ringan
Langkah tanpa beban
Berbuat tanpa paksaan

Takkan pernah ku meninggalkanmu
Dengan kesabaran
Kau takkan pernah menyesal berada disisiku
Takkan mereasa kecewa dengan nasib
Kau akan ikhlas pada ujian yang ada

Oleh karena itu raihlah kemenangan
Dengan tanganmu sendiri

30 januari 2004