Rabu, 21 Oktober 2009

KUSIMPAN RINDU DALAM KEMATIANKU

Ada banyak suara bising merayu, pecahkan gendang telinga
Mendayu angin menghantarkan pesanan bidadari bumi yang panas ini
Sambil diam aku membayang
Mengumpulkan seribu dosa yang akan kubakar nanti malam
Biar debunya merantai dibawa angin, angin hilang hatiku tenang

Masih merayu juga suara-suara itu di tiap penjuru telinga
Semakin halus semakin mesra, aku semakin mati rasa
Layaknya pelampung diterpa angin badai, ombak desir kencang
Pelampung itu tak tenggelam, seperti tak ada yang menyentuhnya
Masih di atas gelombang, aku pun tak ingin terbang
Di sini terus mencari jawaban dari satu pertanyaan
Tak kukirim merpati bukan berarti rindu rindu tak ada di hati
Hampir mati aku menikmati rasa ini
Rahasia ini hanya untukmu
Bidadari yang tak dendangkan suara-suara merdu
Hanya gemulai berjalan dengan penari kehidupan lainnya
Menulis, menghafal, merekam deretan kata-kata siang malam
Sampai kapanpun dia pasti kujadikan sebuah karunia Tuhan
Kau tahu, siapa yang menderita hari-hari belakangan ini.

Kau tak punya batas kasihan dengan terus menyiksaku
Dengan semua kehampaan dan music kontemporermu
Nadanya hanya sepi
Tiap malam dan petang aku gubah semua isi alam
Jadi kata-kata dan lirik-lirik sengau
Jangan dulu kau dengar, belum sempurna rasanya
Nanti akan ada satu momentum di mana kau akan rasakan itu
Berjuta rasa yang berkecamuk dalam hati
Dijatuhkan topan, ditampar ombak, diputar angin, kadang menyesatkan
Nada itu ada setelah aku mati
Nikmati kematianku dengan caramu sendiri
Karena aku sudah mencintaimu dengan caraku sendiri

11 Maret 2009

Tidak ada komentar: